Saturday, April 26, 2014

Yesus Disalib Untuk Penebusan Dosa = Dongeng Bagi Orang-orang Sakit Iman!

Allah selalu menjaga para rasul-rasul pilihan-Nya dari upaya pembunuhan oleh kaumnya dikarenakan mereka adalah manusia-manusia pilihan yang harus menyampaikan kebenaran kepada umat manusia dan membawanya ke jalan yang lurus dan diridhai Allah Subhana wa Ta’ala.  Tapi anehnya, orang Kristen lebih senang kalau Yesus itu mati dalam penyalibannya. Itu artinya Kristen secara tidak sadar me-labeli Yesus bukan rasul atau manusia pilihan Tuhan karena ia dibiarkan tewas tanpa pertolongan Tuhannya.
Kristen berdalih, bahwa misi Yesus memang seperti itu. Ia datang untuk mati  menebus dosa manusia. Sungguh statement yang diluar akal sehat dan logika kita! Sebab, jika memang tujuannya hanya untuk itu tentunya ada beberapa poin yang perlu dipertanyakan:
1. Jika Yesus tahu bahwa dirinya akan disalib, mengapa Yesus  harus berdoa minta dirinya diselamatkan dari maut (Luk 22:41-43)? Ataukah ia sedang bersandiwara dalam doanya?  Atau apakah doa Yesus ini didengar atau tidak? Kalau didengar, kepercayaan bahwa dia mati di atas salib berarti BATAL. Sebaliknya, kalau tidak didengar berarti diragukan apakah dia orang benar atau tidak, karena dalam Kitab Amsal dikatakan:
“TUHAN itu jauh daripada orang fasik, tetapi doa orang benar didengarnya” (Amsal 15:29).
Yang benar ialah, Allah Ta’ala telah mendengar ratap tangisnya, sesuai dengan kebiasaan dan sunah-Nya. Almasih pasti diselamatkan dari kematian di atas tiang salib yang terkutuk itu.
2. Jika Yesus tahu bahwa dirinya akan disalib, mengapa Yesus harus bersedih dan meminta murid-muridnya untuk berjaga-jaga (Mat 26:38/ Mark 14:34)? Bukankah seharusnya ia tidak bersikap seperti itu karena sudah tahu bahwa dirinya akan disalib, bukannya ia seharusnya gembira karena sebentar lagi misi kematiannya untuk penebusan dosa segera terlaksana?
3. Jika Yesus tahu bahwa dirinya akan disalib, mengapa Yesus justru memilih sembunyi atau menjauh atau melarikan diri dari orang-orang Yahudi yang berusaha membunuhnya (Yoh 11:53-54, Yoh 7:1, Yoh 8:59)? Bukankah tidak semestinya ia bersikap seperti itu karena sudah tahu bahwa dirinya memang datang untuk mati menebus dosa manusia?
4. Jika Yesus tahu bahwa dirinya akan disalib, mengapa Yesus harus ditangkap bagai seorang penyamun bahkan diadili di hadapan Mahkamah Agama (Mat 26:36-68)? Bukankah misi Yesus adalah untuk menyerahkan dirinya dalam maut, yang tentunya ia tak harus ditangkap seperti itu? Ataukah itu hanya sekedar sandiwara belaka?  Dan pada kesempatan lain, Yesus pun juga mengisyaratkan bahwa ia takkan bisa ditangkap dan ditemukan keberadaannya. (Yoh 7:30-36)
5. Jika Yesus tahu bahwa dirinya akan disalib, mengapa Yesus harus berteriak-teriak saat dirinya disalib yang seakan-akan dia bertanya tentang Tuhan yang membiarkan dan tidak menolongnya(Mat 27:46 /Mark15:34)?
Dan bukankah sikap tersebut menunjukkan ketidakrelaannya menerima keputusan penyaliban tersebut? Atau dengan kata lain, Yesus tidak merasa siap untuk di salib? Bukankah sudah seharusnya dia menampakkan sikap yang tenang dan berdoa serta bahagia dalam peristiwa penyaliban dirinya tersebut?
Ibaratnya, seorang terpidana yang divonis mati, dan sebentar lagi regu penembak akan mengeksekusi dirinya, tentunya sikap yang ada saat itu, adalah terpidana sudah ikhlas menerimanya, kemudian ia berdoa untuk terakhir kalinya dan menjemput kematiannya dengan tenang, bukannya berteriak.
Logika-logika di atas sebenarnya sangat tak bisa kita sangkal bahwa Yesus (Isa Al Masih) itu tidak disalib atau dibunuh! Karena Tuhan pasti melindungi dia sebagaimana Tuhan melindungi nabi-nabi pilihanNya yang diutus untuk kaumnya masing-masing.
Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus sebelum kamu beberapa orang rasul kepada kaumnya, mereka datang kepadanya dengan membawa keterangan-keterangan (yang cukup), lalu Kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa. Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.” (Ar-Ruum: 47)
 Sungguh aneh umat Kristen yang menganggap Yesus itu sebagai anak Allah…
Lalu mereka menyerahkannya kepada kaum Yahudi dengan mengatakan:
Ia telah mati karena mereka telah menyalibnya
Apabila benar yang Kristen katakan,
Tanyakanlah dimana Bapa-nya saat itu…
Jika Bapa-nya senang dengan perbuatan kaum Yahudi
Maka berterima kasihlah kepada kaum Yahudi karena mereka telah membuat-Nya senang
Dan jika Bapa-nya kesal dan tidak senang
Maka sembahlah kaum Yahudi karena mereka telah mengalahkan-Nya.
Renungilah wahai orang-orang yang berakal, menyembahlah kalian hanya kepada Tuhan yang sebenar-benarnya. Tidak seharusnya anda mempersekutukan-Nya dengan seseorang yang tercipta hanya dari tanah:
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.” (Ali-Imraan: 59)
Tidak heran kalau orang-orang Kristen sebagian besar berada dalam keterguncangan imannya akibat dari “Errornya” isi alkitab.
Maha Benar Allah dengan segala FirmanNya :  “Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka Al-Kitab (Taurat dan Injil) sesudah mereka, benar-benar berada dalam keraguan yang menggoncangkan tentang kitab itu.” (Ash-Shura: 14)

Saturday, April 12, 2014

Fadhilah membaca Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW


Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitab beliau, al-Dur al-Manzhud fi al-Shalat wa al-Salam ‘ala Shahib al-Maqam al-Mahmud (Cet. Dar al-Minhaj, Hal 136-180) menyebut  jumlah yang banyak fadhilah bersalawat kepada Nabi Muhammad SAW dengan mendasarkan kepada hadits-hadits Nabi SAW, yaitu antara lain :
 
1.    Allah, Malaikat dan Rasulullah SAW akan bersalawat kepadanya.
2.  Meninggikan derajat, menghapuskan kejahatan dan bersalawat itu sebanding dengan memerdekakan sepuluh orang hamba sahaya
3.    Menjadi syafa’ah dan kesaksian Nabi Muhammad SAW
4.    Menjadi sebab terlepas dari penyakit nifaq dan terlepas dari api neraka serta mengangkatnya kepada derajat para syuhada
5.    Menjadi kifarat baginya dan zakat bagi amalnya
6.    Menjadi sebab berdekatan dengan bahu Rasulullah SAW di pintu syurga
7.    Menjadi istighfar bagi yang mengatakannya dan menggembirakan matanya
8.    Sekali bershalawat mendapat pahala kirat (nama timbangan) seperti gunung Uhud.
9.  Malaikat berdiri pada kubur Nabi SAW memberitahukan  bahwa si pulan bin pulan telah bersalawat kepada Nabi SAW
10.    Menjadi sebab banyak mendapat pahala
11.    Menjadi sebab mencukupi kepentingan di dunia dan akhirat dan ampunan dosa
12.    Menjadi penghapus kesalahan seperti air menghapus api
13.    Satu kali bersalawat menghapuskan dosa sepuluh tahun dan mencegah orang-orang yang menghafalnya ditulis dosa selama tiga hari serta terpelihara dari masuk neraka
14.    Menjadi sebab terlepas dari huru hara hari kiamat
15.    Menjadi sebab ridha Allah Ta’ala
16.    Menjadi sebab mendatangkan rahmat

17.    Menjadi sebab aman dari kemurkaan Allah Ta’ala
18.    Menjadi sebab masuk dalam naungan ‘Araisy
19.    Menjadi sebab berat timbangan dan terlepas dari api neraka

20.    Menjadi sebab bagi aman dari haus pada hari qiyamat
21. Shalawat kepada Nabi SAW dapat memegang tangan orang-orang yang tergelincir pada sirathal mustaqim sehingga dia dapat melaluinya.
22.    Barangsiapa yang bersalawat kepada Nabi SAW dalam satu hari sebanyak seribu kali, maka tidak dia mati sehingga melihat tempat kediamannya dalam syurga
23.    Menjadi sebab banyak isteri dalam syurga
24.    Shalawat itu sebanding dengan dua puluh peperangan jihad fi sabilillah
25.    Shalawat itu sebanding dengan sadaqah
26.    Seratus kali bersalawat pada satu hari sama dengan sejuta kebaikan dan sebanding dengan seratus sadaqah maqbulah serta menghapus sejuta kejahatan
27.  Shalawat seratus kali pada setiap hari menjadi sebab terpenuhi seratus kebutuhan, tujuh puluh untuk akhirat dan tiga puluh untuk dunia
28.    Shalawat satu kali menjadi sebab terpenuhi seratus kebutuhan
29.    Orang yang bersalawat seratus kali pada suatu hari, maka sama dengan orang yang berkekalan ibadah sepanjang hari dan malam
30.    Merupakan yang paling dicintai amal kepada Allah
31.    Merupakan hiasan majelis dan cahaya pada sirathal mustaqim pada hari kiamat
32.    Dapat menafikan kefakiran
33.    Orang yang paling banyak bersalawat merupakan orang yang paling baik dengan Nabi SAW
34.    Berkat dan faedah shalawat didapati oleh seseorang, anaknya dan anak dari anaknya
35.    Orang yang bershalawat tidak ditanyai Allah tentang kewajibannya
36.  Orang yang bershalawat kepada Nabi SAW lima puluh kali dalam sehari, maka Nabi SAW akan berjabat tangan dengannya pada hari kiamat
37.    Shalawat menjadikan suci hati.

Saturday, April 5, 2014

DI BALIK TIPISNYA AKAL WANITA



Jangankan lelaki biasa, seorang Nabi pun akan merasakan kesunyian tanpa hadirnya seorang wanita di sampingnya. Tanpa wanita, pikiran dan perasaan lelaki akan mersakan kegelisahan. Akan halnya Nabi Adam yang masih membutuhkan hadirnya seorang wanita walaupun di dalam Surga telah tersedia segalanya. Namun tetap saja Nabi Adam tetap merindukan Siti Hawa.

Wanita memang tercipta dari tulang rusuk yang bengkok. Tugas lelaki-lah untuk meluruskannya. Maka luruskanlah wanita itu dengan cara yang baik. Dengan jalan yang ditunjuk oleh Allah. Karena mereka memang diciptakan sebegitu rupa. Didiklah mereka dengan panduan dari-Nya.

Jangan mencoba memanjakan mereka dengan harta.
Karena nantinya mereka akan menjadi lupa segalanya.

Jangan hibur mereka dengan kecantikan semata.
Karena nantinya mereka akan menderita.

Kenalkan mereka kepada Allah. Kenalkan mereka kepada Dzat yang kekal. Karena di situlah sebenarnya letak puncak kekuatan dan keindahan dunia.

Akal wanita yang setipis rambutnya.
Maka tebalkan ia dengan ilmu.

Hati wanita yang serapuh kaca.
Maka kuatkan ia dengan iman.

Perasaan wanita yang selembut sutera.
Maka tuntunlah ia dengan akhlak mulia.

Suburkanlah ia, karena dari situlah nantinya mereka akan melihat nilai keadilan Rabb-Nya. Bisikkan pada telinga mereka bahwa kelembutan bukanlah suatu kelemahannya. Bukan pula bentuk diskriminasi Allah terhadap wanita. Akan tetapi sebaliknya disitulah bukti kasih sayang Allah terhadapnya.

Wanita yang lupa akan hakikat kejadiannya pasti tidak akan terhibur dan tidak akan menghiburkan. Tanpa iman, ilmu dan akhlak mulia mereka tidak akan pernah lurus. Bahkan bisa jadi akan semakin membengkok. Itulah yang akan terjadi jika wanita tidak dikenalkap kepada Rabbnya.

Untuk lelaki juga jangan hanya mengharapkan ketaatan wanita semata. Tapi berilah ia suri tauladan dengan sikap kepemimpinan yang bisa dijadikan contoh.

Pastikan sebelum meminta wanita menuju ke jalan-Nya. Pimpinlah diri sendiri terlebih dahulu menuju kepada-Nya. Jinakkan diri sendiri terlebih dahulu kepada Allah. Niscaya akan jinaklah wanita dibawah kepemimpinanmu.

Pepatah Barkata: "Jangan mengharapkan mempunyai isteri semulia Fatimah jika dirimu tidak sehebat Ali bin Abi Thalib."

YANG TERBERAT MENURUT RASULULLAH SAW


“Ya Rasulallah”, begitu kelak ‘Aisyah bertanya sembari bersandar mesra di bahu beliau dan menatap matanya penuh cinta, “Pernahkah kau alami hari yang LEBIH BERAT daripada ketika di Uhud?” Maka lelaki itu, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bercerita, seperti diriwayatkan Imam Al Bukhari berikut ini.

“Aku mendatangi para pemimpin Thaif; ‘Abdu Yalail ibn ‘Amr, Mas’ud ibn ‘Amr, dan Hubaib ibn ‘Amr Ats Tsaqafy untuk mengajak mereka kepada Allah. Salah seorang di antara mereka berkata, ‘Tirai Ka’bah tersobek jika sampai Allah mengutus seorang Rasul’, yang berikutnya berucap, ‘Apakah Tuhanmu tak punya orang lain untuk diutus?’, dan yang terakhir berujar, ‘Aku tak mau bicara denganmu. Jika kau benar-benar Rasul, aku khawatir mendustakanmu. Jika kau bukan Rasul, maka tak layak bagiku bicara dengan seorang pendusta!’

Lalu setelah tiga hari aku menyusur tiap sudut Thaif, mengetuk berbagai pintu, dan menawarkan Islam pada siapapun yang kutemui, merekapun berramai-ramai mendustakan, mengusir, dan menyakitiku.

Akupun pergi dengan kegundahan dalam hati, hingga tiba di Qarn Ats Tsa’alib. Ketika kuangkat kepalaku, maka tampaklah Jibril memanggilku dengan suara yang memenuhi ufuk. ‘Sesungguhnya’, kata Jibril, ‘Rabbmu telah mengetahui apa yang dikatakan dan diperbuat kaummu terhadapmu. Maka Dia mengutus Malaikat penjaga gunung ini untuk kauperintahkan sesukamu.”

Lalu malaikat penjaga gunung menimpali, ‘Ya Rasulallah, ya Nabiyyallah, ya Habiballah, perintahkanlah, maka aku akan membalikkan gunung Akhsyabain ini agar menimpa dan menghancurkan mereka yang telah ingkar, mendustakan, menista, mengusir, dan menyakitimu.’

“Tidak”, jawabku, “Sungguh aku ingin agar diriku diutus sebagai pembawa rahmat, bukan penyebab ‘adzab. Bahkan aku ingin agar dari sulbi-sulbi mereka, dari rahim-rahim mereka, kelak Allah akan keluarkan anak-keturunan yang mengesakanNya dan tak menyekutukanNya dengan sesuatupun.”

*

Mari sejenak kembali ke pertanyaan ibunda kita, sang Khumairaa. Apa yang BERAT bagi kekasih Allah ini melebihi hari Uhud ketika 3 cincin rantai besi menancap di pelipisnya, perangkap tajam mencocor lututnya, dikabarkan terbunuh hingga cerai berai pengikutnya, kehilangan Paman tercinta, dan 70 sahabat setianya jadi syuhada’?

Hidupnya yang penuh lika-liku dan luka tapi tanpa leka itu, terlalu panjang untuk memeriksa satu demi satu jawabannya. Tapi kita tahu; yang berat baginya bukan lemparan batu, bukan kala dia ruku’ lalu lehernya dijerat, bukan juga saat dia bersujud kemudian kepalanya diinjak dan punggungnya dituangi kotoran. Yang berat baginya bukan caci fitnah dan cela makian; bukan tuduhan gila, penyihir, atau dukun; bukan juga 3 tahun kefakiran dalam pemboikotan.

Yang BERAT bagi kekasih Allah itu adalah; KALA WEWENANG MEMBINASAKAN ORANG-ORANG YANG MENGANIAYA DIGENGGAM PENUH-PENUH.

Yang berat bagi kesayangan Ar Rahman itu adalah; KETIKA DALAM GEMURUH SAKIT LAHIR BATIN, PELUANG PELAMPIASAN DIBENTANGKAN BAGINYA..

Terujilah jiwanya, terbuktilah cintanya, dan tertampaklah kemuliaannya. Dia menolak dengan harapan yang memuncak atas kebaikan yang masih kelak. Dia sebenarnya diizinkan, dihalalkan, dan diridhai untuk berkata “Ya”; lalu gemuruh runtuh gunung Akhsyabain yang menimpa musuh ‘menghibur’ hatinya.

Tapi keputusannya adalah “Tidak!” Dan harapannya adalah “Jikapun mereka ingkar, semoga keturunannya yang kelak akan beriman”. Keduanya telah jadi bukti bagi namanya, Muhammad, yang terpuji di langit dan bumi.

Ialah hujjah, bahwa dia ingin diutus sebagai PEMBAWA KASIH dan BUKAN PENYEBAB 'ADZAB; Allah bahkan menyatakan dirinyalah rahmat bagi semesta alam. Bahwa dia datang dengan kesediaan menanggung derita ummatnya, amat menginginkan kebaikan bagi mereka, serta lembut dan welas-asih. Bahwa dia berada di atas akhlaq yang agung; baik dalam akhlaq pada Rabbnya, akhlaq pada dirinya, juga pada sahabat maupun musuhnya. Jernih sekali Nabi menyebut hari terberat; ketika Jibril datang menawarkan pembinasaan musuh. Itulah saat kemuliaan dakwah memenangi batin yang gemuruh.

Adakah nilai hidup seindah pribadi ini, yang terpuji di langit dan bumi?