Thursday, June 19, 2014

Kelebihan Lafazh Dzikir Fii Kulli Lamhatin


Diceritakan dalam kitab Afdhalus Sholawat karya Syekh Yusuf bin Ismail an Nabhani, hal. 170:

“………… Adapun Sholawat yang pertama yaitu Sholawat ‘Azhimiyyan, telah ditalqinkan oleh Nabi SAW langsung kepada Sy. Ahmad bin Idris dengan tanpa perantara, sekali dan dengan perantara Nabi Khidir sekali. Sesungguhnya telah dijelaskan oleh Syekh yang Kamil, orang yang Alim lagi mengamalkan, Sayyidi Syekh Ismail an Nuwab yang bermukim di Mekkah al Musyarafah, dari Gurunya Barakatul Wujud, Sayyidi Syekh Ibrahim as Rasyid, dari Gurunya yang Agung, Sayyidina Syekh Ahmad bin Idris, bahwa beliau ditalqin oleh Nabi SAW sendiri Awrad-awrad Thariqat Syadziliyyah, dan memberinya Awrad yang tinggi nilainya serta Thariqat Suluk yang teristimewa (khusus).

Bersabda Nabi SAW: “Barangsiapa yang sampai kepadamu (wasilahnya) maka ia tidak akan tersesat ke daerah yang lain atau kepada jaminan yang lain, tetapi akulah yang menjadi kekasihnya dan dia menjadi tanggunganku”.

Syekh Ahmad bin Idris berkata: “Aku berkumpul bersama Nabi SAW secara nyata beserta Nabi Khidir As. Nabipun memerintahkan kepada Nabi Khidir As. agar menalqinkan kepadaku Wirid-wirid Thariqat Syadziliyyah. Lalu Nabi Khidir mengajarkan dzikir tersebuta di hadapan beliau SAW. Kemudian bersabda Nabi SAW kepada Nabi Khidir: 

“Wahai Khidir, talqinkan (ajarkan) dia wirid-wirid yang mencakup seluruh dzikir, sholawat dan istighfar, yang lebih utama ganjaranya dan lebih banyak jumlahnya”. Berkata Nabi Khidir: “Apakah itu wahai Rasulullah?” Bersabda beliau SAW: “Katakan olehmu: Laailaaha illallaahu Muhammadur Rosuulullaah, Fii kulli lamhatin wanafasin ’adada maa wasi’ahuu ’ilmullaah

Sehingga akupun meniru bacaan setelah keduanya (Rasulullah SAW & Nabi Khidir As) selesai mengucapkannya. Diulangi oleh Rasulullah SAW hingga 3 (tiga kali). Lalu beliau bersabda: “Ucapkan: Allaahumma innii as ‘aluka bi nuuri Wajhillaahil ’Azhiim……

Kemudian bersabda Nabi SAW: “Ucapkan:
Astaghfirullaahal ’azhiim. Alladzii laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum…… Itulah Istighfar Kabir, lalu diulangi oleh Nabi Khidir, dan aku mengulanginya. Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Ya Ahmad, sungguh aku berikan kunci langit dan bumi, itulah dzikir yang khusus, shalawat yang agung, dan istighfar yang besar”.

Dikatakan pula oleh Syekh Ahmad: “kemudian aku menerima awrad tersebut langsung dari Rasululah SAW dengan tanpa perantara, sehingga aku talqinkan kepada para murid sebagaimana yang telah ditalqinkan kepadaku”.

Pernah suatu kali Rasulullah SAW bersabda kepada Syekh Ahmad:

Laailaaha illallaahu Muhammadur Rosuulullaah, Fii kulli lamhatin wanafasin ’adada maa wasi’ahuu ’ilmullaah

Aku menyimpannya untukmu, wahai Ahmad. Tiada seorangpun yang dapat mendahului keutamaan engkau, wahai Ahmad. Ajarkan pada para pengikutmu, agar mereka menjadi orang pertama yang mengetahuinya”.

Syekh Ahmad berkata, “Rasulullah SAW membacakan untukku hizib-hizib dari lafazh beliau”. Sehingga, ulama pengikutnya merasa kesulitan pada suatu kalimat dalam hizib. Maka ia berkata, “Wahai saudara kami, demikianlah Rasulullah SAW mengucapkan kepadaku”.

Para Guru Shufi mengatakan bahwa dasar Thariqat Syadzili diambil dari Syekh Ahmad bin Idris. Dan setiap awrad yang diambil dari beliau berarti berasal dari Nabi SAW.1

Murid Ahmad bin Idris yang terbesar, Sayyidi Muhammad bin Ali as Sanusi dalam kitabnya Masyariqul Anwar menceritakan bahwa ia pernah ditanya ‘Kepada siapa awrad ini dinisbahkan?’ Beliau katakan bahwa setiap murid yang ditalqin oleh Syekh Ahmad bin Idris pada awalnya, berarti ia ditalqin oleh Nabi SAW.2

Apa yang terkandung dalam dzikir ini mencakup segala dzikir seluruh makhluk, baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi. Secercah benda cair maupun padat, yang bernyawa atau tidak merupakan bagian terkecil dari Ilmu-Nya, yang tak lepas dari pengamatan-Nya, kesemuanya terangkum dalam keluasan Ilmu Allah (Wasi’ahu ’Ilmullaah).

Tulang-tulang purbakala (fosil) yang berumur sekian juta tahun yang lalu melahirkan pertanyaan ‘Ciptaan yang ke berapakah kita ini?’ Semua makhluk terangkum dari awal penciptaan ruhani hingga hari kebangkitan nanti, tidak bisa kita bayangkan. Lautan yang begitu dalam masih menyisakan keheranan yang tak habis-habis bagi kita mengenai kehidupan di laut, serta aneka jenis hewan di sana yang kelihatannya baru diciptakan, lantaran ketidaktahuan kita.

Dalam sebuah penemuan ilmuwan baru-baru ini ditemukan bintang yang berjarak 60.000 tahun perjalanan cahaya (perjalanan cahaya 300.000 km/detik). Kita tidak mampu menjangkau luasnya ciptaan Allah, apalagi Ilmu-Nya yang dilahirkan dari segala ciptaan-Nya, baik yang terbesar maupun yang terkecil. Dan sesunguhnya apa-apa yang tak terjangkau atau tersembunyi di balik alam jagad raya ini merupakan bagian ciptaan-Nya. Itulah bukti Kebesaran-Nya dan kekerdilan pengetahuan manusia. Kesemua pengetahuan yang demikian luas itu terangkum dalam intisari dzikir Fii kulli lamhatin wa nafasin ’adada maa wasi’ahu ’ilmullaah.

Dzikir Fii kulli lamhatin dari Rasulullah mengkondisikan perjalanan dzikir jahar kita menuju sir. Dengan membiasakan seluruh tubuh kita berdzikir dengan lafazh ini maka akan membentuk tubuh yang senantiasa ingat kepada-Nya. Seluruh aktivitasnya dihakikatkan berasal dari-Nya, dan Allah yang menggerakkan apa yang kita lakukan. Inilah yang membuktikan sifat-sifat Allah dalam Asma’-Nya menyerap ke dalam tubuhnya.

Lafazh dzikir Fii kulli lamhatin mempunyai keselarasan dengan ritme gerak tubuh orang yang berdzikir. Semua persendian tubuh bisa merefleksikan intonasi irama dzikir ke dalam bentuk perwujudan gerak tubuh. Hal ini membuktikan adanya aspek dinamis dalam setiap pergulatan hidup manusia sehari-hari yang melibatkan semua rangkaian organ tubuh.

1 Thariqat-thariqat yang mengambil sumber Awrad / ajaran dari Syekh Ahmad adalah Al Idrisiyyah, Sanusiyyah, Dandirawiyyah, Rasyidiyyah, Shalihiyyah, Madaniyyah, Ja’fariyyah, Majdzubiyyah, Khatmiyyah, Mirghaniyyah.
2 Demikian pula disebutkan oleh Sayyid Muhammad Utsman al Mirghani dalam kitab Ratib dan Sayyidi Shalih Ja’far dalam kitabnyaMafatihus Samawati wal Ardh. (Pengantar kitab Majmu’ah Awrad Sayyidil Imam Ahmad bin Idris Ra.)

Dzikir Jahar Jembatan Menuju Dzikir Sir


Sebuah mobil dapat berjalan dengan adanya starter dan pemanasan terlebih dahulu. Starter kendaraan biasanya mengeluarkan gemuruh suara yang membisingkan. Akan tetapi jika kendaraan sudah berada dalam perjalanan suara mesinnya tidak lagi berisik seperti awalnya, bahkan pada masa sekarang ada mobil sedan yang hampir tidak tampak suaranya ketika sedang berjalan. Demikianlah gambaran orang yang ingin membiasakan ingat (berdzikir) kepada-Nya, yang harus diawali dengan gemblengan dzikir jahar.

Dzikir jahar adalah sebagai latihan bagi mubtadi (pemula), untuk mengenyahkan sesuatu yang bisa menghalanginya dari hadapan Allah SWT. Pada umumnya manusia memiliki hati yang keras1 disebabkan ada sesuatu selain Allah yang senantiasa bergantung di hatinya. Dzikir jahar itulah yang akan meruntuhkan segala pikiran yang membawa ingatan kepada selain Allah, karena ingatan kepada selain Allah itu adalah batil.

Adanya kesungguhan/upaya menghilangkan ingatan kepada selain Allah ini karena biasanya hati atau pikiran manusia telah dikondisikan kepada selain Allah, yang merupakan ganjalan/hambatan manusia untuk mengingat-Nya. Dengan dzikir jahar berarti menetapkan bekas yang kuat dan menekankan konsentrasi agar kita senantiasa dalam kondisi dzikir.

Seseorang yang ingin mendapatkan sebuah mata air yang jernih, maka ia harus berjuang keras menggali tanah dengan terus menerus agar apa yang diinginkannya tercapai. Dzikir jahar itu ibarat sebuah gong yang dipukul sekali akan menimbulkan gaung atau gema yang cukup lama, inilah yang disebut sebagai dzikir Sir. Dzikir ini terkadang tidak diupayakan lagi dengan susah payah, gelombang transversal dzikir akan merambat dengan sendirinya di dalam aliran pembuluh darah sang dzakir (yang berdzikir).

Dzikir sir merupakan buah dari dzikir jahar dan khafi. Dzikir khafi merupakan latihan bagi yang terlatih hatinya sehingga tidak perlu mengingat-ingat dengan susah payah. Dampak kebiasaan mengingat Allah itu juga akan menyebabkan seseorang mengingat syari’at dan ketentuan hukum-Nya.

Diharapkan setelah melaksanakan dzikir jahar ini Ketauhidan kepada Allah selalu mendominasi jiwa raganya di manapun ia berada. Apapun profesi orang itu, bila terkondisikan ‘ingat kepada-Nya’ akan menjadi insan yang amanah dan jujur, apalagi telah mengetahui syari’at, hukum, fiqih, yang kesemuanya untuk beribadah kepada Allah, semua aktivitasnya dikonsentrasikan hanya kepada Allah.

Segala kedudukan yang diembannya hanyalah merupakan amanah yang harus dilaksanakan berdasarkan ketentuan dan ketetapan Allah dan Rasul-Nya, segala langkah kebijakannya sesuai dengan ruang lingkup keridhaan Allah SWT.


Dzikir yang benar metodenya akan membentuk pribadi muttaqin, yang shaleh, yang bersikap amanah atas apa-apa yang telah dititipkan Allah kepadanya. Maka akan muncul sifat-sifat yang mulia dalam diri orang terebut berupa sifat jujur, zuhud, baik sangka, keyakinan yang teguh, dsb. Inilah gambaran hidupnya manusia, seperti yang diungkapkan dalam sebuah hadits Nabi SAW: 

Perumpamaan orang yang berdzikir (mengingat) Tuhannya dengan orang yang tidak mengingatnya adalah seperti perbandingan orang yang hidup dengan yang mati”.

Di kalangan para Pembimbing ruhani mengatakan bahwa yang dimaksud mati adalah matinya hati, bukan mati jasad. Dikarenakan mati hanyalah perpindahan tempat saja. Maka dengan Laa ilaaha illallaah hati menjadi hidup, imannya diperbaharui2 dan ditambah keyakinannya. Dan dengan menalqinkan kalimat itu akan terjadi suatu ikatan ruhaniyah pada hati sehingga menjadi hidup, ibarat curahan air hujan yang menghidupkan tanaman-tanaman yang layu. Oleh karena itu banyak para pencari pada zaman dahulu mengikat Bai’at atau Talqin dzikir kepada seorang Syaikh yang telah mencapai Makrifat yang hakiki yang dapat menghidupkan hati-hati, apalagi yang mencontohkan perilaku Rasulullah SAW atas kekaffahannya. Wallaahu A’lam.

1 Sebagaimana telah difirmankan: “Kemudian hati kamu menjadi keras sesudah itu seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di anatara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antarnya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan sekali-kali Allah tidak pernah lengah dari apa yang kamu perbuat”.(Al Baqarah: 74)
2 Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: “Perbaharuilah imanmu dengan Laa ilaaha illallaah!”

Dzikir Jahar Adalah Fitrah


Dzikir dengan gerak seluruh jiwa dan raga merupakan suatu kebutuhan dan fitrah bagi manusia. Hal ini telah dibuktikan oleh gejala alamiyah manusia yang selalu ingin mengekspresikan jiwanya dengan berbagai bentuk hasrat, dan di antaranya adalah ingin didengar dan dilihat orang lain. Mereka sedang membutuhkan perhatian di saat banyaknya energi bebas yang tak bisa disalurkan sehingga melahirkan berbagai gejolak jiwa.

 Terkadang mereka hanya membutuhkan suatu sensasi untuk memuaskan gejolak perasaannya yang tersumbat.

Ada semacam ketidakpuasan manusia dengan berbagai atribut yang disandangnya. Kepuasannya terhadap alam fisik, melahirkan kegersangan batin yang harus diobati. Banyak energi mubadzir yang dikeluarkan manusia untuk mencapai maksud yang diinginkannya, hingga menyebabkan petaka bagi dirinya bahkan orang lain.

Manusia semakin hari dipacu untuk merespon kejadian demi kejadian setiap waktu, yang hal ini bisa membuat hati dan pikirannya jenuh. Sehingga dengan adanya percepatan rotasi gerak kehidupan sekarang ini manusia telah melampaui ruang dan waktu serta daya kemampuan orang-orang sebelumnya. Oleh karena itu dengan adanya kondisi yang demikian, kita akan bertanya-tanya ‘Adakah solusi atau petunjuk dari Allah Sang Pencipta menghadapi semuanya ini melalui format ibadah yang telah diperintahkan-Nya dalam Al Quran’?

Allah begitu sempurna dengan teknik ciptanya. Tiada solusi yang tertutup atau tertinggal di sisi Allah terhadap berbagai masalah dan petaka yang sedang dihadapi manusia, jika ia ingin mencarinya. Allah telah menyiapkannya melalui Kalam-Nya yang Qadim dan Sempurna, lalu mengajak kita untuk kembali merenungkan fitrah kejadian yang sebenarnya sebagai pedoman yang lurus dalam menjalankan Agama-Nya.

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Ar Rum: 30)

Agama disusun sesuai dengan fitrah manusia, yang tak lepas menguraikan permasalahan lahirnya manusia hingga pertumbuhannya sampai ia dibangkitkan di hadapan-Nya nanti. Proses pembentukan pertumbuhan dan perkembangan manusia menurut ilmu biologi dimulai dari proses pembentukan darah. Darah yang pernah dipresentasikan Nabi SAW sebagai wadah yang dapat dialiri oleh bisikan syaithaniyyah pada diri manusia, dihasilkan dari tulang. Hal ini sejalan firmanNya yang mengatakan:

Maka manusia hendaknya memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan dada”. (Ath-Thariq: 5-7)

Berdasarkan ayat tersebut awal penciptaan manusia dimulai ketika darah terpancar dari dua tulang, yakni sulbi dan dada, dengan kata lain tulanglah yang punya peranan yang sangat penting dalam proses pembentukan darah.

Tulang pada manusia menurut penuturan Al Ghazali berjumlah 256 buah (belum termasuk dalam rangkaian sumsum, kepala, dsb). Kesemuanya bergerak dengan dihubungkan dengan sendi-sendi yang begitu elastis. Pergerakan anggota tubuh manusia dipondasikan oleh gerakan tulang yang membawa kepada bentuk gerakan tubuh manusia secara utuh. Salah satu kelebihan tulang adalah sifat kekekalannya dibandingkan dengan anggota tubuh lainnya. Ia akan tetap menjadi saksi kehidupan manusia meskipun anggota tubuh lainnya hancur. Kandungan tulang yang ada pada dasar tanah mengandung zat resap tertentu yang bisa membantu para ilmuwan menentukan berapa usia atau tahun berapakah makhluk yang mempunyai tulang itu hidup, fosil-fosil (tulang purbakala) membuktikan hal itu.

Sifat daya resap dan pertumbuhan tulang ini bisa menentukan perkembangan energi pada manusia baik secara ruhaniyah maupun jasmaniah. Pola pembentukan tulang yang dipengaruhi dengan gerak langkah dzikir / taat kepada Allah akan cukup banyak mempengaruhi gen keturunan seseorang berdasarkan adat kebiasaannya.

Pengaruh dzikir begitu dirasakan dan dianggap urgent ketika Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya untuk memperdengarkan Adzan dan Iqamat di telinga seorang bayi yang baru lahir ke dunia, sebelum ia menikmati suara atau bunyi-bunyi lain yang akan menutup jiwanya dari datangnya hidayah Ilahi. Suara akan mempengaruhi rasa batin, jiwa manusia akan menentukan sendiri mana instrumen musik yang ia sukai, apakah musik keras, lembut, slow, dll. yang kesemuanya menentukan karakter jiwa yang sedang membentuk dirinya. Oleh karenanya dzikir jahar yang melibatkan banyak karakter tubuh ini di masa sekarang begitu penting untuk dikembangkan menyambut fenomena gerak jiwa manusia yang semakin dinamis dalam berbagai bentuk kehidupan.

Shalat diibaratkan sebagai tiang agama. Pelaksanaan shalat melibatkan gerak tubuh dan hati, suatu pola pendidikan yang seimbang dengan memfungsikan dua elemen manusia. Dengan dasar itulah metode dzikir yang ditentukan Allah SWT dengan memfungsikan seluruh anggota tubuh seperti gerakan dalam shalat, secara tidak langsung menyimpulkan bahwa perintah dzikir dengan jahar itu menyesuaikan struktur bentuk tubuh manusia. Dalam firman-Nya yang lain dikatakan:

 “Maka apabila kam4u telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu”. (An Nisaa‘: 103)

Dzikir jahar adalah seperti shalat, yang melibatkan seluruh anggota tubuh untuk melaksanakan perintah dzikir. Kalau kita amati dengan seksama, seluruh gerakan shalat itu sesuai dengan struktur bangun tubuh manusia. Apa yang diciptakan Allah SWT untuk makhluk yang bernama manusia adalah sesuai dengan apa yang diperintahkan kepadanya. Adalah shalat, dengan pergerakan silih berganti mulai dari takbir hingga salam memanfaatkan segala persendian dalam melaksanakannya. Tidaklah gerakan takbir, berdiri, ruku’ sujud, duduk tasyahud, salam, dsb. menyulitkan seseorang untuk menggerakkan anggotanya. Semuanya sesuai dengan ruang gerak ciptaan-Nya.1

Dzikir jahar menghendaki adanya suatu gerakan tubuh secara optimal yang menyeimbangkan keberadaan struktur tubuh manusia untuk menjadi sarana/alat untuk mengingat-Nya. Adanya gerakan-gerakan tubuh yang begitu teratur mengakibatkan terjadinya gesekan-gesekan persendian tulang, yang hal ini menyebabkan timbulnya energi panas (arus listrik).2 Arus listrik tersebut bisa menciptakan medan magnet yang bisa menarik benda-benda di sekelilingnya. Hal ini juga menggambarkan jika timbul semacam energi magnetis pada persendian tulang yang sedang diajak berdzikir, secara alamiah akan dapat menarik atau merekam Asma(Kalimat-kalimat) Allah ke dalam tubuhnya. Kondisi yang demikian itu akan menciptakan konsentrasi yang kuat terhadap perkembangbiakan jiwa dan raga manusia.

Asma-asma Allah yang terpendam dalam tubuh manusia itu memudahkan terciptanya dzikir sir, yang menimbulkan getaran panjang seperti gong jika dipukul. Atas dasar inilah banyak para Guru pembimbing ruhani mengatakan bahwa dzikir yang lembut suaranya tidak banyak memberi faedah bagi seorang mubtadi (pemula). Maka dianjurkan untuk berdzikir jahar untuk menimbulkan gema yang kuat pada jiwanya. (lihat Qoul Ulama tentang dzikir jahar)

Dzikir jahar adalah upaya menciptakan resonansi dzikir qalbu yang konsisten di setiap waktu dan tempat. Dengan membahanakan dzikir ke langit-langit alam malakut melalui pintu hati kita, gema dzikir itu akan memantul dan muncul dengan sendirinya. Panjangnya gaung (resonansi) dzikir itu sebagai perwujudan supaya mengistiqamahkan dzikir di dalam hati. Sehingga dalam segala aktivitas ia tidak mudah lupa kepada Allah. Allah SWT berfirman: 

Apabila kamu telah menyelesaikan ibadahmu, maka berdzikirlah (menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut [(membangga-banggakan) para leluhurmu], atau bahkan berdzikir yang lebih dahsyat dari itu”.

Ibadah memiliki inti dzikir (ingat) kepada Allah, sehingga dalam segala aspek ibadah Allah sering menambahkan kata ‘dzikir’ sesudah ibadah-ibadah lainnya.

Asyadda dzikra mengandung arti kesungguhan yang menggunakan segenap kekuatan jiwa raga untuk melampiaskan kerinduan atau kecintaan kepada Allah SWT, sesuai dengan firman-Nya: 

Dan orang-orang yang beriman itu teramat sangat mencintai Allah”.

Dzikir tidak saja menambah pahala bagi orang yang melakukannya, tapi juga menggugurkan dosa-dosa. Bisa diibaratkan sebuah pohon yang daunnya sudah menguning (tua) bila digerakkan dengan kekuatan lemah berbeda dengan kekuatan yang hebat. Maka daun yang berguguran akan lebih banyak bila pohon tersebut digerakkan dengan kekuatan yang keras. Itulah gambaran dosa-dosa kita. Jika daun-daun yang telah layu itu telah berguguran, yang tersisa adalah daun yang segar dan hidup. Yakni seperti hati yang hidup, karena selalu berdzikir kepada-Nya.

Banyak orang yang merasa ‘kurang cocok’ dengan dzikir jahar karena kurang memahami ayat berikut:

 "Janganlah engkau keraskan bacaan di kala sholatmu dan jangan tersembunyi, tetapi ambillah yang pertengahan di antara keduanya itu". (Al An’am: 97)

Ayat tersebut digunakan untuk menunaikan ibadah sholat, bukan dzikir secara khusus. Dengan mengutamakan dalil ayat itu untuk menolak dzikir jahar berarti kita menafikan ayat lainnya yang memerintahkan dzikir jahar sebagaimana tertera dalam berbagai nash Al Quran maupun hadits.

1 Tidaklah mengherankan bahwa seorang ilmuwan kedokteran pernah mengungkapkan bahwa gerakan-gerakan shalat adalah senam tubuh yang sangat bermanfaat bagi kesehatan seseorang.
2 Sebagai contoh: jika benda-benda padat mengalami gesekan dengan teratur akan menimbulkan panas (arus listrik). Arus listrik tersebut selanjutnya dapat menarik benda-benda halus di sekelilingnya.

Dzikir Jahar menurut Nash dan Qaul Ulama


Berdzikir dengan metode jahar memiliki sandaran kuat dari Al Quran dan Hadits. Di antaranya adalah firman Allah Ta’ala: 

“Maka jika engkau telah menunaikan shalat, berdzikirlah kepada Allah dengan keadaan berdiri, duduk dan berbaring”. (an Nisaa’: 102)

Diriwayatkan dalam Shahih Muslim: Dari Ibnu ’Abbas Ra. berkata: 

"bahwasanya dzikir dengan suara keras setelah selesai shalat wajib adalah biasa pada masa Rasulullah SAW". Kata Ibnu ’Abbas, “Aku segera tahu bahwa mereka telah selesai shalat, kalau suara mereka membaca dzikir telah kedengaran”.1

Para pendidik ruhani masa lalu menyatakan dengan berbagai landasan eksperimennya bahwa “Orang-orang yang mubtadi (pemula) dan bagi orang-orang yang menuntut terbukanya pintu hati adalah wajib berjahar dalam dzikirnya”. Syaikh Abdul Wahhab asy Sya’rani Rahimahullahu Ta’ala berkata: 

“Sesungguhnya sebagian besar Ulama Ahli Tasawuf telah mufakat bahwasanya wajib atas murid itu berdzikir dengan jahar, yakni dengan menyaringkan akan suaranya dan didalamkannya. Dan berdzikir dengan sirri dan perlahan-lahan itu tidak akan memberi faidah kepadanya untuk menaikkan kepada martabat yang tinggi”2

Berdzikir jahar yang dimaksud adalah berdzikir dengan suara keras yang sempurna, sehingga bagian atas kepala hingga kaki mereka itu bergerak. Dan seutama-utama dzikir jahar adalah berdiri, dengan menghentak, bergerak teratur dari ujung rambut hingga ujung kaki, hingga seluruh jasadnya turut merasakan Keagungan dan Kebesaran Allah ‘Azza wa Jalla.

Keunggulan dzikir jahar itu adalah seperti yang dikatakan seorang Ulama Ahli Tasawuf: 

“Apabila seorang murid berdzikir kepada Tuhannya ‘Azza wa Jalla dengan sangat kuat dan semangat yang tinggi, niscaya dilipat baginya maqam-maqam thariqah dengan sangat cepat tanpa halangan. Maka dalam waktu sesaat (relatif singkat) ia dapat menempuh jalan (derajat) yang tidak bisa ditempuh oleh orang lain salam waktu sebulan atau lebih”.

Syekhul Hadits, Maulana Zakaria Khandalawi mengatakan, ‘Sebahagian orang mengatakan bahwa dzikir jahar (dzikir dengan mengeraskkan suara) adalah termasukbid’ah dan perbuatan yang tiada dibolehkan). Pendapat ini adalah menunjukkan bahwa pengetahuan mereka itu di dalam hadits adalah sangat tipis. Maulana Abdul Hayy Rahimahullahu Ta’ala mengarang sebuah risalah yang berjudul ‘Shabahatul Fikri’. Beliau menukil di dalam risalahnya itu sebanyak 50 hadits yang menjadi dasar bahwa dzikir jahar itu disunnahkan’.3

Dan dzikir jahar itu dianjurkan dengan berjama’ah4, dikarenakan dzikir dalam berjama’ah itu lebih banyak membekas di hati dan berpengaruh dalam mengangkat hijab.

Imam al Ghazali Rahimahullahu Ta’ala telah mengumpamakan dzikir seorang diri dengan dzikir berjama’ah itu bagaikan adzan orang sendiri dengan adzan berjama’ah. Maka sebagaimana suara-suara muadzin secara kelompok lebih bergema di udara daripada suara seorang muadzin, begitu pula dzikir berjama’ah lebih berpengaruh pada hati seseorang dalam mengangkat hijab, karena Allah Ta’ala mengumpamakan hati dengan batu. Telah diketahui bahwa batu tidak bisa pecah kecuali dengan kekuatan sekelompok orang yang lebih hebat daripada kekuatan satu orang”.5

1 Lihat Shahih Muslim I, Bab Shalat.
2 Lihat Siyarus Salikin III: 191.
3 Fadhilat zikir, Muh Zakariya Khandalawi. Terj. HM. Yaqoob Ansari, Penang Malaysia, hal 72.
4 Rasulullah SAW bersabda: “Tiadalah duduk suatu kaum berdzikir (menyebut nama Allah ‘Azza wa Jalla) melainkan mereka dinaungi oleh para malaikat, dipenuhi oleh rahmat Allah dan mereka diberikan ketenangan hati, juga Allah menyebut-nyebut nama mereka itu dihadapan para malaikat yang ada di sisi-Nya”. (At Targhib wat Tarhib, II: 404)
5 Minahus Saniyyah, Abd. Wahab as Sya’rani.

Wednesday, June 18, 2014

SI TOENTONG GAPU


Tipu muslihat, kapanpun dan dimana pun selalu mebawa petaka bagi pelakunya.
Sesuatu yang didapatkan melalui ketidakbenaran, apalagisampai merugikan orang lain
pasti hanya akan membawa bencana. Berikut ini adalah satu dari sekian banyak
cerita yang menyodorkan hikmah dibalik keburukan dan kesabaran serta interpretasi
akan ganjarannya.

Meunurot haba jameun, dile udep saboh keuluarga. Lam nyan na sidroe ayah geuhoi Sarong, na sidroe poma ngon limong droe aneuk, dua droe inong, lhee droe agam. Nyang tuha geuboh nan Mariam, nyang keudua nan jih Si Rajali, keulhee Si Baka, keupeut Si Salam, nyang tulot geubri nan Si Safa. Keu udep Siuroe-uroe gobnyan meulampoh bak bineh rumoh, salangkan eungkot geukawee bak krueng to rumohnyan teuma.

Si Mariam leupah brok rupa. Idong jih lagee peuleupeuek u, bibi jih teubai, kulet jih itam lagee punggong kanot, peurangeu jih pih saban brok ngon rupa. Sapeue han ditem, bah that ka geuyue lee ma jih pih han dileungoe. Sabab nyan jih digala “Si Toentong Gapu.”

Ayah ngon poma sep weueh hatee bak geupikee si Mariam, seula-en rupa ngon akai brok, jih pih kuat that seumajoh, kayem that jipeuabeh teumon bu adoe-adoe jih. Ateuh hai nyan, jih han dithee droe bak keulakuan jahe. Peulom adak jikheun keu droe jih, sang hana laen leubeh tari di bak droe jih lam donyanyoe. Lam haba jih, sang singoh na sidroe Raja neuteuka keunan, neutueng jih, geuba u meuligoe keujeut peurumoh Raja. Hana buet laen nibak meucet langet saban uroe. Rayeuk that lumpoe juet keu putroe.

Meupaloe, buet Si Toetong Gapu maken peususah ureung chik. Na padup thon lheueh nyan, teudeungo haba na sidroe Raja muda seudang neuteuka u gampong nyan. Teudeungoe keuh bak Si Toetong Gapu habanyan buno, kon wayang seunang hatee jih, “nyoe beutoi lagee lon pinta, Raja nyan teuka keumeung jak tueng lon jak u meuligoe neuk dipeusunteng jeut keu putroe,” nyan keu haba jih bak ureueng gampong.

Rombongan Raja pih jiteuka. Ubee gampong ka geupeungui panji keu geusambot Raja baro nyan. Raja troh ngon ulee balang, meuntroe, ngon dayang-dayang meuligoe. Raja geusambot lee keuchik, peutua adat ngon awak gampong seureuta. Tiba-tiba, Si Toetong Gapu maju u keu Raja “Ampon Tuanku, hana salah lhee, lon keuh putroe nyang Raja mita nyan” peugah jih.

Raja muda hireuen, hana meuphom peu meukeusud Si Toetong Gapu. Sabab Raja kon mita putroe, gobnyan ka meutunangan ngon Putroe Canden di Kuala. “Soe inong nyoe?” tanyong Raja.

“Ampon Tuanku, nyan inong pungoe, harap Tuanku bek teusinggong” jaweub Peutua Adat.
“Peu mantong na ureng chik jih?” tanyong Raja lom.
“Mantong Tuanku,” seuot Keuchik teuma.

“Ci neuhoi keuno,” pinta Raja

Kon wayang susah Apa Sarong dek peurangaianeuk jih. Dikeu Raja jipeutoh peurangai brok Si Toetong Gapu lagee sebenajih. Gobnyan lakee supaya Si Toetong Gapu geuba u istana geupeujeuet keu pembantu di Meuligoe. Bak akhee, Si Toetong Gapu geuba u meuligoe ateuh pertimbangan mentroe.

Di Meuligoe, bak si uroe, Si Toetong Gapu geucrong ie bak mon untok geupasoe ie lam mundam bak bineh reunyuen. Jikalon bayangan sidroe putroe leupah ceudah, jipikee nyan droe jih. “Bethoi that ceudah rupa lon, sunggoh hana adee Raja geupeugot lon lageenyoe hi,” peugah Si Toetong Gapu lam hatee.

Tima diseumpom beukah dua, ngon bagah jijak ubak Raja. “Pat cit ie hai Toetong Gapu?” tanyong Raja.

“Peu neupikee get that hi sidroe putroe angkot2 ie?” tanyong Si Toetong Gapu ngon beungeh, “tima ka lon peubeukah.”

Raja meupikee siat leuhnyan geu seuot, “beta nyang salah, tapi putroe han salah angkot ie, enteuk meunyoe guci ka peunoh, neu ek keuno u meuligoe.” Si Toetong Gapu dijok lom tima kulet.

Watee Si Toetong Gapu geucrong ie, leumah lom bayangan putroe meungui subang, paon ngon gleueng gaki, tapi mantong cit geupikee nyan bayangan droe jih. Jiseumpom lom tima nyan. Tapi han ditem beukah. Dihoi lee Si Toetong Gapu asee istana geuyue priek tima hana cit ditem beukah, Si Toetong Gapu meuhila-hila ngon asee buno.

Teukhem Putroe Canden kalon peurangoe Si Toetong Gapu dari ateuh bak geulima bak bineh mon nyang bayangan jih leumah lee Si Toetong Gapu buno. Baroe jih sadar peu yang teujadi buno. Tapi niet brok pih teuka teuma. Jih kueneuk tipee putroe Canden.
Ngon narit mameh Si Toetong Gapu lakee putroe nyan tron, “ so nan tuan putroe nyang ceudah rupa nyoe, keuno neutron, bek duek bak bineh cabeueng, adak roet soe peu-ubat.”

“Nan hamba Putroe Canden, han hamba tron seugolom rombongan troh u meuligo Raja Sedang.”

Si Toetong Gapu hana putoh asa, dirayu jih putreo troh item tron. Watee ka troh u baroh, Si Toetong Gapu geupeuleueh bajee putroe dituka ngon pakaian jih. Laju dipeu’ek u Meuligoe.

Singkat ceuritra, Si Toetong Gapu meunikah ngon Raja. Han jiteupeu nyan Si Toetong Gapu.
Watee mak meugang troh, Raja geublo sie, llheue that. Jimeuheuet that pajoh masakan putroe. Bandum sie diantat bak Si Toetong Gapu. Sabab jih han jeuet peulaku, nyang tuleueng jireuboh, nyang asoe nyan keuh jiboh u likot meuligoe. Watee pajoh bu, teuntee raja bingong, hireuen pakon nyang na bak meja cit tuleueng sagai. Han jitanyong jiet bek weueh hatee putroe.

Lheueh nyan raja meukeulileng, teucom bhee gule mangat that bak saboh jambo. Oh troh u likot meuligoe teucom bee gule mangat that lam jambo bak bineh nyan. Han teutee Raja laju tamong, lam jambo nyan geukalon na meumacam-macam gulee teuhidang. Habeh hireuen Raja Seudang.

“Jeuet lon cuba masakan gata?” kheuen Raja bak po jambo nyan.

“Silahkan, meunyoe Tuan meuheuet, sie lon teumee di likot meuligoe, putroe ka geuboh bunoe.

Meurasa that raja pajoh bu di sinan. Lheuehnyan buno, raja geutanyong bak po jambo “so seubeunajih droneuh nyoe, Toetong Gapu?”

“Lon tuan nyoe Putroe Canden, lon ka dipengeuet lee si Toetong Gapu”

Raja beungeh kon wayang lee, gobnyan leupah murka, hana laen watee lee Toetong Gapu geuseret u penjara. Toetong Gapu harus meutanggong jaweueb bak mandum nyang ka geupeuget keu Putroe Canden. Seudangkan Putroe Canden di ba tamong lam meuligoe, u teumpat nyang seubeuna.

Nyan keueh sipeuet ureueng nyang meucita-cita tapi hana sesuai ngon kada jih. Dipaksa droe jih hana meuceureuemen Bak dudoe doe keudroe cit nyang meunanggong akibat jih.

Jika menanam kebaikan
Maka akan menuai kebahagiaan
Jika menanam keburukan
Maka akan menuai petaka 

Hadih Maja (Haba Endatu)

//Geukheun lee ureung tuha:/ Hai aneuk raseuki dengan tagagah/ Tuah dengan tamita/ Tuah mubagi-bagi/ Raseuki meujeumba-jeumba //

Ureung hareh Hantom Kanjai/ureung lee akai hantom binasa/Duek meupakat tamita Akai peusaho Akai Beukai Na suwa".

//Geu pageu lampoeh ngon kawat/ Geu pageu nanggroe ngon adat/ Ureung majeulih hantom kanjai/ Ureung tawakal hantom binasa/ Taduk ta muproe ta mupakat/ Pat-pat nyang silap tawoe bak punca //

//Paleh umong cot teungoh geuboh asoe/ Paleh inong geuteumanyong ban woe lakoe/ Paleh agam sipat kuah bileung asoe/ Paleh tingku lagee geuneuku hana gigoe .//

//lampôh meupageu umong meupitak, nang­groe meusyarak maséng na raja.//
Karena itu, kearifan dalam kepemimpinan yang dianut masyarakat Aceh sejak lampau bahwa seorang pemimpin itu seolah raja yang mesti jadi panutan, guguan, dan tiruan. Jika pemimpin tidak baik, ditakutkan pengikutnya juga akan mengambil jalan tak baik.

//yang utôh tayue ceumulék/ yang lisék tayaue keunira
yang baca tayue ék kayèe/ yang dungèe tayue jaga kuta
yang beu-o tayue keumimiet/ yang meugriet tayue meumita
yang malém tayue beut kitab/ yang bansat tayue rabé guda
yang bagah tayue seumeujak/ yang bijak tayue peugah haba//

//Surôt lhèe langkah meureundah diri, mangat jituri tanyoe bijaksana.//

Salah cok tapulang/ Salah jalan tagisa/ Tameupake alang/ Ta meuprang papa.

//Salah Jak riwang, leupah cok Pulang,//

//Meunyoe tapateh peu kheun kitab/ U tupee kap han tateumee rasa/ Meunyoe han tapateh peu kheun kitab/ Jiet keubangsat siumue masa.//

Ungkapan pesimistis memang terdengar sumbang, seolah menyebutkan tidak percaya,nantinya tidak merata. Mengacu pada kearifan lokal yang sudah kita miliki bertahun-tahun, sikap pesimistis dapat dinafikan melalui petuah lisan 
//"Meunyo teupat niet ngon kasad, laôt darat Tuhan peulara //(‘jika lurus niat dan maksud, darat dan laut Tuhan pelihara’.) Hadih maja tersebut menjelaskan bahwa semua yang akan kita lakukan berdasarkan niat dan maksud. Jika niat di hati baik dan memiliki maksud yang baik pula, niscaya akan muncul kebaikan.

//Ôn balék baloe, ôn panjoe tasumpai plôk. Geutanyo sabé keudroe-droe, peu pasai tameuantôk // (Daun balek baloe, daun kapas penyumpal kaleng. Kita sesama kita, apa pasal harus berkelahi’.) Tegas sekali maksud hadih maja ini bahwa yang memilih mereka jadi pemimpin dan anggota dewan adalah masyarakat. Sangat tak baik jika yang memilih dan yang dipilih saling tuding apalagi sampai berkelahi. Jika kita sesama kita sudah saling hujat, pasti orang lain yang akan senang. Hal ini senada dengan bunyi tameupaké sabé keudroe-droe, ureueng laén pok-pok jaroe ‘kita berkelahi sesama kita, orang lain yang tepuk tangan’.

//Peucaya keu tika/ Tika ka meupiejeit/ Ta peucaya keu teungku/ Teungku ka meuseuleit// .

//Paleh umong cot teungoh geuboh asoe/ Paleh inong geuteumanyong ban woe lakoe/ Paleh agam sipat kuah bileung asoe/ Paleh tingku lagee geuneuku hana gigoe .//

//Hukom lillah sumpah bek/ Hukom adat ikat bek/ Hukom ade pakee bek/ Hukom meujroh meupoh bek .//

//Ureung peurintah yang atoe but/ Ureung tuha peut peuputoh haba .//

//Matee aneuk meupat jeurat/ Matee adat hanpat tamita/ Puteh tuleung didalam jeurat/ Mantong teuingat guna gata .//

//Mantong di reubong jiet tapeukiwing/ Oh jiet keu trieng han jiet tapeuta.//

//Dua kali limoeng sikureueng/ Dalam ruweueng na sa/ Bloe siploh publoe sikureung/ Dalam ruweung na laba .//

//Soe yang pajoh camplie/ Nyan yang keu'ueng/ Soe yang meuaneuk/ Nyan yang meuadeueng//.

//Kiwieng ateueng beuneung peuteupat/ Kiwieng ureung peudeung peuteupat/ Meuteunggheing bek, meuleungkop jeut/ Lagei crah meunan beukah .//

//Lagee peucok aron sigoe saho/ Lagee aneuk yee teubit tamong/ Lagee pukat hana pawang/ Lagee meuprang hana panglima .//

//Paleh tuha geuboh tungkat/ Paleh tukang geuboh seunipat/ Paleh teungku geuboh ayat/ Paleh meukat geuboh keunira .

//Paleh inong hana lakoe/ Paleh nanggoe zalem raja/ Paleh gasien hana hareukat/ Paleh kaya hana himat .//

//Pantang peudeueng meubalek sarong/ Pantang rincong meubalek mata/ Pantang ureung diteu'oh kawom/ Pantang hukom peujeut peukara .//

//Patah-patah bara meunasah/ Jak ikat ngoen awe lilen/ Ata nyang kana beugot tapapah/ Leupah that payah bak tamita laen .//

//Leumoh hukom diatoe lee pangkat/ Leumoh adat jahee raja/ Leumoh kanun tinggai bak kalam/ Leumoh reusam gadoh budaya .//

//Paleeh raja peucaya berangkaso/ Paleeh rakyat meu upat jeut-jeut sago/ Paleeh pemimpin geuboh adat/ Paleeh teungku geuboh kitab/ Paleeh utoh ji boh sineupat/ Paleeh rakyat jiboh pakat.//

Hadih maja ini menyiratkan bahwa sebuah komuni­tas mestilah memiliki kaidah, hukum, konvensi, dan batasan-batasan tertentu. Hal ini sangat berguna dalam rangka membangun sebuah kehidupan yang harmonis.

Dalam konteks yang lebih luas, negara atau kera­jaan, keharmonisan tersebut kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam distribusi kekuasaan antarelit da­lam komunitas tersebut. Bukankah sejak dahulu kita sudah sangat akrab dengan hadih maja

//Adat bak Poteu Meureuhôm, Hukôm bak Syiah Kuala, Kanun bak Putroe Phang, Reusam bak Lakseumana. Atau Adat bak Poteu Meureuhôm, Hukôm bak Syiah Kuala, Kanun bak Putroe Phang, Reusam bak Bentara.//

Hadih maja di atas secara tersurat menyebutkan bahwa persoalan adat-istiadat, sistem pemerin­tahan, hendaklah disesuaikan dengan konvensi para raja dan diserahkan sepenuhnya pada raja, Poteu Meureuhôm. Namun, Persoalan hukum diatur oleh ulama, Syiah Kuala. Karenanya, tidak berlebihan kalau para raja (masa lalu ataupun saat ini) berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan, menghidup­kan kembali, dan takut sekali melanggar adat (walau kadang bertentangan dengan syariat Islam). Sikap ini merupakan pengejawantahan pemikiran bahwa adat-istiadat yang ada dalam masyarakat idealnya dipertahankan, tidak diubah, sesuai dengan maksud hadih maja,
// “Boh malairi ie paseueng surôt, adat datôk nini beutaturôt” ‘buah malairi air pasang surut, adat nenek moyang hendaklah diturut’.//

//" Adat meukoh reumbong, hukom meukoh pureh. Adat jeub beurangho takong, hukom hanyeut talangeuh // (Adat berporong rebung, hukum berpotong lidi. Adat bisa saja dihidari, hukum tidak bisa dibantah).
Hukum Tuhan adalah hukum yang lebih sempurna daripada ciptaan manusia. Oleh karena itu tak boleh diganggu gugat.“Meuri-ri urot taikat beunteueng, meuri-ri ureueng tabôh keu raja.”

Dalam hadih maja yang lain disebutkan secara rinci karakteristik seorang raja atau pemimpin ideal. Seorang pemimpin yang ideal bukanlah orang yang tayue jak di keue jitôh geuntôt, tayue jak di likôt jisi­pak tumèt, tayue jak bak teungoh jimeusingkèe. jika demikian, pane patôt jeuet keu pangulèe.

Sebagai sebuah masyarakat yang Islami, strata dan sistem organisasi dalam masyarakat Aceh dibangun berdasarkan konsep pemerintahan yang bernuansa Islami, bersyariat, dalam hal ini syariat Islam. Karena itu, sejak dahulu sudah ada ungkapan, “Nanggroe meusyara’, lampôh meupageue, umong meuateueng, ureueng meunama.” ‘Negeri bersyarak, kebun berpa­gar, sawah berpematang, orang bernama’.

Meunyo tacok Keulayie Haba Ureung dile Insya ALLAH tanyo han Binasa,,
Lage geukheun Adak pih tameh Sarang Sareng Asai Puteng Dilop Lam Para,,
Meunansyiet " Minyeuk Khie Bada Keureukoet, Oeh Kasep Meu Woet2 Bak Soet Meugisa ".

 Khen ureung tuha, Hana meunang ureung beuheu hana taloe ureung ureung bijaksana.

Dikeluarkan kata-ini saat pernyataan perang Aceh melawan belanda.

//Aceh bek lei takheun nanggroe, manok nyang tan gigoe nyang na lam nanggroe Aceh bek ka teumueng raba,// 
(Jangankan merebut Negeri, ayam yang tanpa gigi pun yang ada di bumi Aceh jangan coba-coba disentuh).

//Yoh na teuga taibadat, tahareukat yoh goh matee //(selagi kuat beribadatlah, berusahalah mencari rezeki sebelum mati).
Masa dan waktu dimanfaatkan dengan sebaik-baikna, untuk beribadat kepada Allah, disamping dipergunakan pula untuk mencari kebutuhan hidup.

//"Tajak beutroh takalon beudeuh, beek rugo meuh saket hatee" //(pergi sampai ke batas, melihat harus jelas, jangan sampai rugi mas sakit hati).

Apa yang kita dengarkan maupun yang kita kerjakan atau lakukan, haruslah kita periksa atau pikir-pikir dulu, jangan sampai menyesal dikemudian hari.

//"Uleueu bak matee, ranteng beek patah. But beujeut, geutanyo beek leumah"//(ular harus mati, ranting jangan patah. Pekerjaan harus jadi, kita jangan nampak).

Menyelesaikan suatu perkara hendaklah dengan bijaksana, sehingga menyenangkan bagi kedua belah pihak.

//"Tahimat yek mantong na, beuteugoh that yoh goh cilaka" (hemat semasa masih ada, hati-hati sebelum celaka).

Berhematlah semasa dalam keadaan senang (berada), dan berhati-hati pula sebelum terjerumus (kena).//

Thursday, June 5, 2014

YESUS: “DIALAH (MUHAMMAD) PENGGANTIKU…”



1. ISYARAT YESUS AKAN DATANGNYA ISLAM (YAKNI ORANG-ORANG YANG MENYERUH MENYEMBAH KEPADA ALLAH DAN MENTAATI SEGALA PERINTAH-NYA, DAN AKAN MENJADI UMAT PALING BANYAK)

MAT 21: (43) Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan AKAN DIBERIKAN KEPADA suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.

TERJEMAHAN BIS: (43) “Jadi ingatlah,” kata Yesus, “semua hak sebagai umat Allah akan dicabut daripadamu dan diberikan kepada suatu bangsa YANG AKAN MENJALANKAN PERINTAH-PERINTAH ALLAH.

SIAPAKAH YANG DIMAKSUD BANGSA YANG AKAN MENJALANKAN PERINTAH-PERINTAH ALLAH? JAWABANNYA ADALAH ISLAM

Allah berfirman:

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan BERIMAN KEPADA ALLAH. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik“. (Aal-i-Imraan: 110)

” Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan AGAR KAMU MENJADI SAKSI atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (Al-Baqara: 143)

2. PESAN YESUS: UMAT TERDAHULU MENJADI YANG TERAKHIR, BEGITU PUN SEBALIKNYA, UMAT TERAKHIR MENJADI YANG TERDAHULU

MAT 19: (30) Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.”

MAT 20: (16) Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.

ISLAM ADALAH UMAT YANG TERAKHIR NAMUN YANG TERDAHULU (PERTAMA) PADA HARI HISAB (KIAMAT)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Kita adalah orang yang datang terakhir dan akan menjadi yang pertama pada hari kiamat.” (Shahih Bukhari: 231)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Kita adalah yang terakhir (datang ke dunia), tetapi yang terdahulu (diadili) pada hari kiamat. Kita adalah yang paling dahulu masuk surga, padahal mereka diberi kitab lebih dahulu dari kita, sedangkan kita sesudah mereka. Lalu mereka berselisih, kemudian Allah memberikan petunjuk kepada kita, yakni kebenaran dari apa yang mereka perselisihkan. (Shahih Muslim: 1413)

3. SAAT HARI PENGHAKIMAN TIBA (HARI MAHSYAR) MEREKA (ORANG-ORANG KAFIR) MENCOBA MEMINTA PERTOLONGAN YESUS, TAPI YESUS TIDAK MENGENAL MEREKA SERAYA MENGUSIRNYA!

MAT 7 (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?

(23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam haditsnya panjang, yang sebagian isinya adalah:

“…. Mereka pun menemui Isa’ seraya berkata, ‘Wahai Isa! Engkau adalah Rasulullah dan kalimat-Nya dan ruh dari-Nya yang diberikan kepada Maryam, dan engkau telah berbicara pada manusia dalam keadaan bayi. Maka mintakanlah syafaat (pertolongan) untuk kami kepada Rabbmu? Tidakkah engkau telah melihat keadaan kami?

Isa pun juga mengatakan; ‘saya tak berhak meringankan (atau menolong) kalian, datanglah kepada Muhammad Shallallahu’alaihiwasallam, penutup para nabi, seorang hamba yang telah diampuni dosanya baik yang terdahulu maupun yang akan datang.

Lalu aku pergi dan datang di bawah al-’Arsy, lalu aku bersujud kepada Rabbku kemudian Allah memberiku karunia berupa sanjungan dan pujian-pujian baik yang tidak diberikan kepada seorang pun sebelumku. Kemudian diseru, ‘Wahai Muhammad! Bangunlah, mintalah pasti diberi, dan mintalah syafaat pasti dikabulkan syafaatnya.’

Lalu aku bangkit dan berkata, ‘Umatku wahai Rabbku! Umatku Wahai Rabbku! ‘ Lalu dijawab, ‘Wahai Muhammad! Masukkanlah dari umatmu orang yang tidak dihisab atasnya dari pintu al-Aiman (paling kanan) dari pintu-pintu surga.’

Lantas aku memberi syafaat. Dan Dia memberiku batasan yang aku kemudian memasukkan mereka ke dalam surga. Aku kembali dan kuutarakan kepada Tuhanku, ‘Ya Tuhanku, tidak tersisa dalam neraka selain yang ditahan oleh Alquran dan wajib kekal di dalamnya’.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian bersabda:

“Akan dikeluarkan dari neraka siapa saja yang mengucapkan laa-ilaaha-illallah dan dalam hatinya mempunyai kebaikan seberat sebiji gandum, kemudian akan keluar dari neraka siapa saja yang mengucapkan laa-ilaaha-illallah dan dalam hatinya terdapat kebaikan seberat biji tepung, dan akan keluar dari neraka siapa saja yang mengucapkan laa-ilaaha illallah sedang dalam hatinya terdapat kebaikan seberat biji atom.” (Shahih Bukhari-Muslim)

4. MAKA BERIMANLAH KALIAN KEPADA ALLAH, KERJAKAN APA YANG DIKEHENDAKI-NYA

Matius 7:21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, MELAINKAN DIA YANG MELAKUKAN KEHENDAK BAPA-KU yang di sorga.

Yohanes 9:31 Kita tahu, bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, MELAINKAN ORANG-ORANG YANG SALEH dan YANG MELAKUKAN KEHENDAK-Nya.

SEPERTI APA YANG DIKEHENDAKI TUHAN? YAKNI BENAR-BENAR BERIMAN KEPADA-NYA DAN BERAMAL SALEH

“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, SIAPA SAJA DI ANTARA MEREKA yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan BERAMAL SALEH, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, TIDAK ADA KEKHAWATIRAN kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Al-Baqara: 62)

5. JALANI JUGA KEHIDUPAN KEAGAMAAN YANG BENAR

Matius 5:20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika HIDUP KEAGAMAANMU TIDAK LEBIH BENAR dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

SEPERTI APA HIDUP KEAGAMAAN YANG BENAR?

YAKNI MENEGAKKAN AJARAN-AJARAN TAURAT, INJIL, DAN AL QUR’AN

“Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, kamu TIDAK DIPANDANG BERAGAMA sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu”. (Al-Maaida: 68)

6. SEKALI LAGI, YESUS MENGINGATKAN, “DIALAH (MUHAMMAD) PENGGANTIKU…”

Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)”. (Ash-Shaff: 6)  

Yohanes 14:26 Dialah YANG AKAN MENGAJARKAN SEGALA HAL kepadamu DAN AKAN MENGINGATKAN KAMU akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.

YANG AKAN MENGAJARKAN SEGALA HAL?

Ya! Itulah sifat beliau Shallalalhu Alaihi wa Sallam, sampai-sampai salah seorang dari Yahudi mengatakan:

“Sungguh Nabi kalian telah mengajarkan kepada kalian segala sesuatu hingga urusan buang hajat ” (HR. Abu Daud: 6/ Shahih Bukhari-Muslim: 141/388)

Dan di antara mereka ada yang mengatakan: “Orang ini (Rasulullah) tidak membiarkan sedikitpun dari urusan kita melainkan mesti dia menyelisihinya.” (Shahih Muslim:455)

Apa yang DIINGATKAN oleh beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam?

Yakni kalimat Tauhid para nabi.

“Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah”. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (Aal-i-Imraan: 64)

Markus 12:29 Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.

7. DAN PADA AKHIRNYA, ALLAH AKAN MENGHUKUM MEREKA YANG TIDAK BERIMAN (DENGAN MENJADIKAN MEREKA PENGHUNI NERAKA)

Ulangan 18:19 Orang yang tidak mendengarkan segala firman-Ku yang akan diucapkan nabi itu demi nama-Ku, dari padanya akan Kutuntut pertanggungjawaban.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda

“Demi Tuhan yang menggenggam jiwa Muhammad, siapapun dari umat ini, termasuk orang YAHUDI dan juga NASRANI, yang telah mendengar TENTANG AJARAN YANG AKU BAWA , namun ia TETAP TIDAK MAU BERIMAN kepada Tuhan yang mengutusuku sampai ia mati, maka ia termasuk PENGHUNI NERAKA.” (Shahih Muslim: 218)

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (Al-Bayyinah: 6)