Saturday, August 20, 2016

Memandang yang SATU Kepada Yang Banyak

Judul ini saya ambil dari ungkapan hakikat dari Maulana Saidi Syekh Muhammad Hasyim al-Khalidi untuk menjelaskan tentang hakikat Tuhan dan Tajalli-Nya di alam ini. Laksana matahari yang hanya SATU, tapi sinarnya tanpa batas bisa dinikmati diseluruh dunia, semua orang bisa memandang matahari, merasakan hangat sinarnya dan mengambil manfaat dari energi yang di kandungnya.
Semua meyakini bentuk matahari adalah bulat namun cahaya matahari pada dasarnya tidak memiliki bentuk. Ketika cahaya tersebut masuk ke dalam wadah empat persegi maka wujudnya empat bersegi dan saat cahaya matahari melewati atap rumah yang bocor berbentuk segitiga maka cahaya matahari akan terlihat dalam bentuk segitiga.
Benda padat tidak bisa disatukan dengan benda padat karena akan tersisa ruang diantaranya, kalau anda mengumpulkan batu dalam satu tempat, walaupun batu tersebut bersatu tapi tetap ada jarak memisahkan satu dengan lainnya. Berbeda dengan benda cari, disaat anda isi air dalam gelas, maka secara otomatis bentuk air akan mengambil tempat persis seperti gelas. Kita semua tahu bahwa air juga ada spasi antara satu molekul dengan molekul lainnya akan tetapi pandangan mata tidak melihat hal itu, yang terlihat air adalah satu bentuk, satu WAJAH.
Lebih halus lagi adalah gas, ketika disatukan dalam satu wadah maka secara otomatis pula gas tersebut akan menyerupai wadah yang ditempati. Cahaya kita masukkan kedalam jenis gas, benda sangat halus, disaat masuk kedalam wadah apapun langsung menyerupai wadah tersebut. Sampai saat ini kita tidak bisa melihat wujud listrik, sampai arus nya masuk ke dalam bola lampu dan menaringinya, kita semua sepakat begitulah bentuk listrik.
Cahaya tampak dan cahaya gaib memiliki persamaan, sama-sama sangat halus dan bisa menempati wadah apa saja. Cahaya Allah yang bertajalli dalam diri Muhammad bin Abdullah membuat Beliau secara otomatis menjadi seorang Rasul Allah, menjadi utusan yang membawa cahaya tersebut keseluruh alam ini. Cahaya Allah dalam diri Muhammad itu yang membendakan Beliau dengan manusia biasa. Bukan saja Beliau bercahaya akan tetapi juga bisa menerangi siapa saja yang bersentuhan dengan Beliau. Cahaya Allah diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki Allah (Surat An-Nur 35). Cahaya Allah dalam diri Muhamamad ini secara halus orang menyebut sebagai Nur Muhamamad yang merupakan tajalli dari Nur Allah.
Dengan Nur Muhammad inilah fungsi Rasul bukan sekedar mengulang apa yang di firmankan Allah, akan tetapi Beliau berfungsi sebagai The Big Conductor yang mengantarkan energi tak terhingg yang berasal dari sisi Allah. Muhammad dalam hal ini berfungsi sebagai pembawa Wasilah yang tidak lain adalah cahaya Allah Ta’ala.
Cahaya di atas cahaya” demikian Allah mengumpamakan dalam al-Qur’an yang membuat ruhani Rasulullah SAW berfungsi untuk mensucikan sekalian arwah manusia agar bisa berhampiran dengan Allah SWT Yang Maha Suci lagi Maha Bersih. Lalu bagaimana cahaya dalam diri Nabi tersebut bisa disalurkan kepada para sahabat? Apa cukup dengan mendekati zahir Nabi? Atau cukup dengan memandang wajah Beliau?
Cahaya tersebut hanya bisa menghampiri siapa saja setelah memenuhi rukun dan syaratnya. Kalau hanya sekedar memandang maka Abu Lahab dan Abu Jahal juga lama memandang wajah Nabi, kalau hanya bersentuhan fisik, berapa banyak orang kafir qurays bersentuhan dengan Beliau tapi tetap menjadi kafir.
Memandang dalam hal ini harus dengan keimanan, kunci pembukanya adalah pengakuan akan Kerasulan Beliau lewat Kalimah Syahadat, kemudian mengambil amalan dari Beliau dan secara istiqamah mempraktekkannya barulah cahaya itu masuk dalam qalbu ummat.
Sepeninggalan Nabi, cahaya itu terus menerus harus ada dibawa secara estafet oleh para Ulama Pewaris Nabi, rumus dan cara mempraktekkan wajib pula sama sehingga hasilnya akan sama.
Tidak akan masuk neraka seorang muslim yang melihat aku dan tidak juga (akan masuk neraka) yang melihat orang yang telah melihat aku, dan tidak juga (akan masuk neraka) orang yang melihat orang yang telah melihat aku, sekalipun dengan 70 wasithah (lapisan/antara). Sesungguhnya mereka itu adalah para khalifahku dalam menyampaikan (islam/sunahku) mengasuh dan mendidik (orang ramai), sekiranya mereka itu tetap istiqamah didalam syari’atku” (H.R. Al – Khatib bin Abd.Rahman bin Uqbah).
Melihat disini bukan hanya sekedar melihat, kita wajib mencari orang yang pernah sempurna melihat Nabi dan mencari pula orang yang telah sempurna melihat orang yang melihat Nabi sampai saat ini karena dari Beliau lah kita bisa menemukan cahaya Allah yang tersimpan da tersembunyi dalam diri Nabi. Tanpa itu maka ibadah apapun yang kita lakukan tidak ada cahayanya, hanya sekedar memenuhi kewajiban.
Menemukan Pembawa Wasilah terakhir inilah merupakan kewajiban bagi orang-orang beriman dan bertaqwa sebagaimana firman Allah : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah Swt dan carilah jalan / wasilah yang mendekatkan diri kepada-Nya dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan (sukses). (QS. al Maidah : 35)
Wasilah sebagaimana yang telah banyak kami uraikan di sini bukanlah ibadah, bukan pula manusia, wasilah adalah cahaya Allah yang berasal dari Allah sendiri. Ibarat matahari, Wasilah adalah cahaya sedangkan wadah adalah pembawa wasilah. Anda boleh sepakat bentuk listrik bulat seperti bola lampu karena itu yang terlihat sedangkan bentuk asli listrik kita tidak pernah tahu.
Sangat penting dan wajib bagi sekalian manusia untuk menemukan Sang Pembawa Wasilah, Ulama Pewaris Nabi karena lewat Beliau lah manusia bisa menemukan cahaya-Nya. Sangat tepat ungkapan pujian kepada Nabi dalam syair-syair indah, “Engkau bulan, engkau matahari, Engkau lah cahaya di atas cahaya”, kesemuanya untuk menyadarkan seluruh ummat bahwa Nabi Muhammad SAW bukan sekedar tukang pos yang membawa al-Qur’an sebagaimana orientalis dan sekutunya meyakini, lebih dari itu Beliau adalah cahaya itu sendiri, Beliau adalah Al-Qur’an yang berjalan.
Karena fungsi Nabi sebagaia pembawa wasilah, maka Beliau dengan kerendahan hati berkata, “Barang Siapa yang melihat aku niscaya dia telah melihat al-Haqq (Allah)”, karena seluruh tubuh Beliau telah disinari cahaya Allah SWT. Allahumma Shalli ‘Ala Syaidina Muhammad, Selamat Sejahtera selalu untuk mu ya Muhammad.. Ya Kekasih Allah.
Dalam hadist Qudsi juga Allah telah berfirman apabila seorang hamba mencapai tahap dicintai Allah, “Apabila melihat AKU lah matanya, apabila berjalan AKU lah kakinya”, ini Maqam para kekasih Allah, orang-orang yang telah mendapat karunia dari Allah SWT.
Berhampiran dengan orang-orang yang telah dikasih Allah ini membuat kita juga ikut dekat dengan Allah sebagaimana firman Allah dalam hadist Qudsi, “Jadikanlah dirimu beserta Allah, jika engkau belum beserta Allah maka jadikan lah dirimu beserta dengan orang yang telah beserta Allah niscaya dia lah yang membawamu kehadirat Allah”. Bahasa membawa adalah bahasa awam agar mudah dipahami sedangkan makna sebenarnya siapapun yang berdekatan dengan kekasih Allah secara otomatis akan sampai kepada Allah SWT.

Wednesday, January 27, 2016

KETAHUI 'AQAID 50 (ITIKEUT 50) AQIDAH AHLUSUNNAH WALJAMAAH


Bagaimana mungkin seseorang akan mencintai dan mengenal Allah SWT dan Rasul Nya sedangkan dia tidak mengetahui bagaimana sifat wajib, mustahil dan jaiz pada Allah dan Rasul Nya. Oleh sebab itu para ulama berpendapat hukum mempelajari aqaid 50 ini adalah fardhu 'ain (wajib tiap individu). Diragukan keshahan iman seseorang jika dia belum menguasai 'aqaid 50 beserta dalilnya

قال السنوسى وليس يكون الشخص مؤمنا اذا قال أنا جازم بالعقائد زلو قطعت قطعا قطعا لا ارجع عن جزمى هذا

"Imam as-Sanusi berkata : Dan seseorang tidak menjadi mukmin jika dia berkata : Saya mantap dengan aqidah-aqidah itu dan andai saya (diancam) untuk dipotong dengan beberapa potongan niscaya saya tidak akan mencabut kemantapan (jazam) saya ini".

بل لا يكون مؤمنا حتى يعلم كل عقيدة من هذه الخمسين بدليلها وتقديم هذا العلم فرضا كما يؤخذ من شرح العقائد لانه جعله اساسا ينبئ عليه غيره

"Bahkan dia tidak akan menjadi mukmin sehingga dia mengetahui akan setiap aqidah dari yang 50 ini dengan dalilnya (yang ijmali) dan (mengetahui pula bahwa) mendahulukan ilmu ini adalah fardhu sebagaimana dikutip dari kitab Syarhul Aqo'id, karena pengarangnya (yakni Sa'di Taftazani) telah menjadikanilmu ini sebagai dasar yang terbina atasnya barang yang selanjutnya"


20 SIFAT WAJIB DAN 20 SIFAT MUSTAHIL BAGI ALLAH BESERTA DALILNYA

1. Wujud (Ada) lawannya ‘Adam (Tidak ada)

Dalil ‘Aqli : Karena ada ciptaan-Nya

Dalil Naqli : Surat Ar-Ro’du ayat 16:

{قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ … قُلِ اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ (16)} [الرعد: 16]

Katakanlah: “Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Jawabnya: “Allah”. …..” Katakanlah: “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”.

2. Qidam (Terdahulu/Tak berawal)  lawannya Hudust  (Baru/Ada awalnya)

Dalil ‘Aqli : Seandainya Allah hudust (ada awalnya) pasti Allah membutuhkan yang menciptakan, dan itu mustahil bagi Allah.
Dalil Naqli:   Surat Al-Hadid  ayat 3:

{هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ} [الحديد: 3]       

''Dialah yang Awal dan yang akhir.''

3.  Baqa' (Kekal/Tiada akhirnya) lawannya Fana (Rusak/Musnah)

Dalil ‘Aqli : Seandainya Allah fana (rusak atau tidak kekal) pasti Allah Hudust, dan itu mustahil bagi Allah

Dalil Naqli :  Surat Ar-Rahman  ayat 27:

{وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ (27) } [الرحمن: 28]

 ''Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan''.

4. MukhAlafatu Lilhawadist (Berbeda dengan makhluknya) lawannya Mumatsalatu Lilhawadist (Menyerupai makhluknya)

Dalil ‘Aqli : Seandainya Allah Mumatsalah (menyerupai makhluk) maka Allah tidak ada bedanya dengan makhluk, dan itu mustahil.

Dalil Naqli :   Surat Asy-SyurA ayat 11:

{لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ } [الشورى: 11]

''tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia,''

5. Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri dengan Dzatnya sendiri) lawannya Ihtiyaj (Membutuhkan)

Dalil ‘Aqli : Seandainya Allah Ihtiyaj (membutuhkan tempat atau pencipta) maka Allah “sifat”.Seperti warna putih(sifat), membutuhkan benda(untuk tempat), apa bila benda itu hilang maka warna putihpun akan ikut hilang. Dan itu mustahil bagi Allah.
Dalil Naqli : Surat Al-Ankabut  ayat 6:

6;إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ  العنكبوت:

''Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.''

6.  Wahdaniyyah (Esa/Tunggal) lawannya Ta’addud (Lebih dari satu)

Dalil ‘Aqli : Seandainya Allah Ta’addud (tidak tunggal) maka tidak akan ada ciptaanNya, karena apabila Allah ada dua tentu mereka akan berbagi pendapat, dan itu mustahil. Maka  tidak mungkin Allah Ta’addud.
Dalil Naqli : Surat Al Ikhlas

4;قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (

1.  Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2.  Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3.  Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4.  Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”


7.  Qudrat (Berkuasa atas segala sesuatu) lawannya ‘Ajzu (Lemah/Tidak bisa berbuat apa – apa)

Dalil ‘Aqli : Seandainya Allah ‘Ajzu (tidak bisa apa-apa) pasti tidak akan pernah ada ciptaanNya, dan itu mustahil bagi Allah.
Dalil Naqli : Surat Al Baqarah  ayat 20:

20إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ  [البقرة:

''Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.''

8. Iradah  (Berkehendak) lawannya Karahah (Terpaksa)

Dalil ‘Aqli :   Seandainya Allah Karahah (terpaksa) pasti Allah‘Ajzu(lemah). Dan itu mustahil.
Dalil Naqli : Surat Hud  ayat 107:

107إِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ  هود:

''Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang dia kehendaki.''

 9.  ‘Ilmu (Maha Mengetahui) lawannya Jahl (Bodoh)
Dalil ‘Aqli : Seandainya Allah jahal (Bodoh) pasti Allah tidak Iradah(tidak berkehendak karena bodoh), dan itu mustahil.
Dalil Naqli : Surat Al Baqarah ayat 231:

وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

''Dan ketahuilah bahwasanya Allah Maha mengetahui segala sesuatu''.

10.  Hayah (Hidup) lawannya Maut (Mati)

Dalil ‘Aqli : Seandainya Allah Maut (Mati) pasti Allah tidak Qudrat, Iradatdan tidak ‘Ilmu, dan itu mustahil.
Dalil naqli :  Surat Al Baqarah   ayat 255:

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ  البقرة:

''Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)''

11. Sama’ (Maha Mendengar) lawannya Shamam (Tuli)

Dalil ‘Aqli :    Tidak masuk akal apabila Allah tidak mendengar.

Dalil Naqli :   Surat Asy Syura  ayat 11:

وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

''dan Dia-lah yang Maha mendengar dan Melihat.''


12. Bashar (Maha Melihat) lawannya ‘Amaa (Buta)

Dalil ‘Aqli :   Tidak masuk akal apabila Allah tidak melihat
Dalil Naqli :    Surat Asy Syura ayat 11:

وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِير :

''dan Dia-lah yang Maha mendengar dan Melihat''.


13.  Kalam (Berfirman) lawannya Bukmu (Tidak berfirman/tidak bisa berbicara)

Dalil 'Aqli   :Seandainya Allah bisu ,pasti Allah tidak dapat berfirman dan itu mustahil bagi Allah
Dalilnya Naqli :dalam surat An-Nisa ayat 164:

وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا 

''dan Allah Telah berbicara kepada Musa dengan langsung''

14. Qadiran lawannya ‘Ajizan
Dalilnya sama dengan dalil sifat Qudrah

15. Muridan lawannya Karihah
Dalilnya sama dengan dali sifat Iradah

16. ‘Aliman lawannya Jahilan
Dalilnya sama dengan dalil sifat ‘Ilmu

17. Hayyan lawannya mayyitan
Dalilnya sama dengan dalil sifat hayah

18. Sami’an lawannya Ashamma
Dalilnya sama dengan sifat Sama’

19. Bashiran lawannya A’maa
Dalilnya sama dengan dalil sifat Bashar

20. Mutakaliman lawannya Abkama
Dalilnya sama dengan dalil sifat Kalam



1 SIFAT JAIZ BAGI ALLAH

Fi'lu kulli mumkinin aw tarkuhu

Artinya: “Mungkin bagi Allah menciptakan atau tidak menciptakan makhluk”.

Dalil ‘Aqli :   Seandainya bagi Allah wajib atau mustahil menciptakan makhluk (Mumkinat), maka setiap apapun yang jaiz (mungkin) pasti akan jadi wajib dan jadi mustahil. Dan itu mustahil bagi Allah.
Dalil Naqli : Surat Ibrahim  ayat 19:

إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيدٍ  إبراهيم:

''jika dia menghendaki, niscaya dia membinasakan kamu dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru''
                                
                                                                                                                                    4 SIFAT WAJIB DAN 4 SIFAT MUSTAHIL BAGI RASUL BESERTA DALILNYA                                                                                                         
1. Shidiq (Benar) lawannya Kadzib (Bohong)

Dalil ‘Aqli :  Seandainya Para Rasul Kadzib pasti Khabar (Wahyu) dari Allah pun bohong, dan itu mustahil.
Dalil Naqli :   Surat Al Ahzab ayat 22:

وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ  :

''Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka Berkata : “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”. dan benarlah Allah dan Rasul-Nya.''.

2. Amanah (Terpercaya) lawannya Khiyanah (Berkhianat)

Dalil ‘Aqli : Seandainya para Rasul Khianah dengan melakukan pekerjaan yang diharamkan atau yang dimakruhkan oleh Allah, maka kita diperintahkan untuk melakukan yang diharamkan dan dimakruhkan, dan itu mustahil.
Dalil Naqli : Surat Al Ahzab ayat 21:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا 

''Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik''

3. Tabligh (Menyampaikan) lawanya Kitman (Menyembunyikan)

Dalil ‘Aqli : Seandainya para Rasul Kitman artinya menyembunyikan semua yang wajib disampaikan pada seluruh makhluk, pasti kita diperintahkan juga untuk menyembunyikan ilmu, dan itu mustahil. Karena barang siapa yang menyembunyikan ilmu maka dia dilaknat oleh Allah SWT.

Dalil Naqli : Surat Al Maidah  ayat 92:

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَاحْذَرُوا فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّمَا عَلَى رَسُولِنَا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ 

''Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul-(Nya) dan berhati-hatilah. jika kamu berpaling, Maka Ketahuilah bahwa Sesungguhnya kewajiban Rasul kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.''

4Fathanah (Cerdas) lawannya Baladah (Bodoh)

Dalil ‘Aqli :   Seandainya para Rasul Baladah, pasti para Rasul tidak akan mengalahkan musuh-musuhnya dalam mengadu atau beradu argumen, sedangkan para Rasul sudah terbukti bisa mengalahkan musuh-musuhnya , jadi mustahil para Rosul Baladah atau Bodoh.
Dalil Naqli : Surat Al An’am ayat 83:

وَتِلْكَ حُجَّتُنَا آتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيمَ عَلَى قَوْمِهِ

''Dan Itulah hujjah kami yang kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya.''
                                                    
1 SIFAT JAIZ BAGI RASUL

Yaitu sifat  “A’radhul Basyariyah”. Artinya sifat kemanusiaan, seperti para Rasul makan, minum, nikah, dan sakit.

Dalil ‘Aqli :  Karena para sahabat suadah menyaksikan secara langsung para Rasulnya makan, minum, tertidur, nikah dan pernah sakit. Tapi sifat-sifat kemanusiaan itu tidak mengurangi martabat kerasulan malah menambah tingginya derajat para Rasul.

Dalil Naqli   : Surat Al-Kahfi  ayat 110:

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ

Katakanlah: ''Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”.


 WALLAHU A’LAM  BISSAWAB, SEMOGA BERMANFAAT