Saturday, April 5, 2014

YANG TERBERAT MENURUT RASULULLAH SAW


“Ya Rasulallah”, begitu kelak ‘Aisyah bertanya sembari bersandar mesra di bahu beliau dan menatap matanya penuh cinta, “Pernahkah kau alami hari yang LEBIH BERAT daripada ketika di Uhud?” Maka lelaki itu, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bercerita, seperti diriwayatkan Imam Al Bukhari berikut ini.

“Aku mendatangi para pemimpin Thaif; ‘Abdu Yalail ibn ‘Amr, Mas’ud ibn ‘Amr, dan Hubaib ibn ‘Amr Ats Tsaqafy untuk mengajak mereka kepada Allah. Salah seorang di antara mereka berkata, ‘Tirai Ka’bah tersobek jika sampai Allah mengutus seorang Rasul’, yang berikutnya berucap, ‘Apakah Tuhanmu tak punya orang lain untuk diutus?’, dan yang terakhir berujar, ‘Aku tak mau bicara denganmu. Jika kau benar-benar Rasul, aku khawatir mendustakanmu. Jika kau bukan Rasul, maka tak layak bagiku bicara dengan seorang pendusta!’

Lalu setelah tiga hari aku menyusur tiap sudut Thaif, mengetuk berbagai pintu, dan menawarkan Islam pada siapapun yang kutemui, merekapun berramai-ramai mendustakan, mengusir, dan menyakitiku.

Akupun pergi dengan kegundahan dalam hati, hingga tiba di Qarn Ats Tsa’alib. Ketika kuangkat kepalaku, maka tampaklah Jibril memanggilku dengan suara yang memenuhi ufuk. ‘Sesungguhnya’, kata Jibril, ‘Rabbmu telah mengetahui apa yang dikatakan dan diperbuat kaummu terhadapmu. Maka Dia mengutus Malaikat penjaga gunung ini untuk kauperintahkan sesukamu.”

Lalu malaikat penjaga gunung menimpali, ‘Ya Rasulallah, ya Nabiyyallah, ya Habiballah, perintahkanlah, maka aku akan membalikkan gunung Akhsyabain ini agar menimpa dan menghancurkan mereka yang telah ingkar, mendustakan, menista, mengusir, dan menyakitimu.’

“Tidak”, jawabku, “Sungguh aku ingin agar diriku diutus sebagai pembawa rahmat, bukan penyebab ‘adzab. Bahkan aku ingin agar dari sulbi-sulbi mereka, dari rahim-rahim mereka, kelak Allah akan keluarkan anak-keturunan yang mengesakanNya dan tak menyekutukanNya dengan sesuatupun.”

*

Mari sejenak kembali ke pertanyaan ibunda kita, sang Khumairaa. Apa yang BERAT bagi kekasih Allah ini melebihi hari Uhud ketika 3 cincin rantai besi menancap di pelipisnya, perangkap tajam mencocor lututnya, dikabarkan terbunuh hingga cerai berai pengikutnya, kehilangan Paman tercinta, dan 70 sahabat setianya jadi syuhada’?

Hidupnya yang penuh lika-liku dan luka tapi tanpa leka itu, terlalu panjang untuk memeriksa satu demi satu jawabannya. Tapi kita tahu; yang berat baginya bukan lemparan batu, bukan kala dia ruku’ lalu lehernya dijerat, bukan juga saat dia bersujud kemudian kepalanya diinjak dan punggungnya dituangi kotoran. Yang berat baginya bukan caci fitnah dan cela makian; bukan tuduhan gila, penyihir, atau dukun; bukan juga 3 tahun kefakiran dalam pemboikotan.

Yang BERAT bagi kekasih Allah itu adalah; KALA WEWENANG MEMBINASAKAN ORANG-ORANG YANG MENGANIAYA DIGENGGAM PENUH-PENUH.

Yang berat bagi kesayangan Ar Rahman itu adalah; KETIKA DALAM GEMURUH SAKIT LAHIR BATIN, PELUANG PELAMPIASAN DIBENTANGKAN BAGINYA..

Terujilah jiwanya, terbuktilah cintanya, dan tertampaklah kemuliaannya. Dia menolak dengan harapan yang memuncak atas kebaikan yang masih kelak. Dia sebenarnya diizinkan, dihalalkan, dan diridhai untuk berkata “Ya”; lalu gemuruh runtuh gunung Akhsyabain yang menimpa musuh ‘menghibur’ hatinya.

Tapi keputusannya adalah “Tidak!” Dan harapannya adalah “Jikapun mereka ingkar, semoga keturunannya yang kelak akan beriman”. Keduanya telah jadi bukti bagi namanya, Muhammad, yang terpuji di langit dan bumi.

Ialah hujjah, bahwa dia ingin diutus sebagai PEMBAWA KASIH dan BUKAN PENYEBAB 'ADZAB; Allah bahkan menyatakan dirinyalah rahmat bagi semesta alam. Bahwa dia datang dengan kesediaan menanggung derita ummatnya, amat menginginkan kebaikan bagi mereka, serta lembut dan welas-asih. Bahwa dia berada di atas akhlaq yang agung; baik dalam akhlaq pada Rabbnya, akhlaq pada dirinya, juga pada sahabat maupun musuhnya. Jernih sekali Nabi menyebut hari terberat; ketika Jibril datang menawarkan pembinasaan musuh. Itulah saat kemuliaan dakwah memenangi batin yang gemuruh.

Adakah nilai hidup seindah pribadi ini, yang terpuji di langit dan bumi?

0 comments:

Post a Comment