Ada sebuah pertanyaan yang sangat menarik untuk kita renungkan, pada zaman Rasulullah, mengapa orang Madinah lebih antusias berislam ketimbang orang Makkah? Sehingga Rasulullah Saw. berhijrah ke Madinah. Padahal Makkah adalah tanah kelahiran beliau dan banyak saudara beliau tinggal di sana. Tapi hal itu tidak menyurutkan kebencian orang kafir Makkah terhadap diri Rasulullah Saw.
Jawabannya dapat saya jelaskan sebagai berikut: Masyarakat Madinah adalah masyarakat yang heterogen. Di dalamnya tidak hanya terdapat orang musyrik seperti yang terlihat di Makkah, tetapi juga terdapat orang Yahudi. Mereka hidup bersama sudah sejak lama sehingga mereka saling berinteraksi satu sama lainnya. Karena interaksi yang dekat inilah, penduduk Madinah banyak mendengar dari mulut orang-orang Yahudi tentang akan datangnya Nabi akhir zaman dengan tanda-tanda sebagaimana telah dijelaskan di dalam Taurat.
Kemudian penduduk Madinah mendengar kabar tentang orang yang mengaku Nabi, yaitu Muhammad Saw. Mereka mencocokkan dengan tanda-tanda kenabian yang telah disampaikan oleh para pendeta Yahudi. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh enam orang dari penduduk Madinah yang menemui Rasulullah Saw., "Demi Allah, kalian tahu sendiri bahwa memang dia benar-benar seorang Nabi seperti yang dikatakan orang-orang Yahudi. Janganlah mereka mendahului kalian. Oleh karena itu, segeralah memenuhi seruannya dan masuklah Islam!"
Ternyata tanda-tanda kenabian itu sangat cocok pada diri Muhammad Saw. Mereka tidak ragu-ragu lagi, lalu mereka berbondong-bondong beriman kepada Rasulullah Saw. Bahkan mereka bersumpah setia di Aqobah untuk membela dan melindungi Rasulullah serta menjalankan ajaran Islam.
Keislaman penduduk Madinah membuka jalan hijrah Rasulullah Saw. dan kaum muslimin Makkah dalam memasuki episode kemenangan. Penduduk Madinah telah membuktikan bahwa mereka sudah mengenal diri Rasulullah sebelum mereka bertemu dengan Rasulullah Saw. Mereka sangat dekat dengan Rasulullah Saw. walaupun belum pernah bertemu dengan diri Rasulullah. Setelah mereka masuk Islam, mereka adalah pejuang Islam yang gagah berani dan tak takut mati. Kaum muslimin Madinah telah menunjukkan kecintaan yang begitu besar kepada diri Rasulullah Saw. dan terhadap ajaran yang beliau sampaikan.
Tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad telah terlihat sejak beliau belum menjadi seorang Nabi dan Rasul. Saat Muhammad masih berumur 12 tahun, beliau mengikuti ekspedisi dagang pamannya, Abu Thalib, hingga ke negeri Syam.
Ia akhirnya menemukan tanda kenabian itu di punggung Muhammad, di antara kedua pundaknya, lalu ia mencium tanda itu. Menyaksikan tanda-tanda kenabian itu, sang pendeta pun berpesan kepada Abu Thalib agar menjaga keponakannya itu dengan hati-hati, karena dia adalah calon rasul yang dinanti umat manusia.
Gereja Buhaira di Bushra Suriah sebagaimana dimuat di laman wikipedia
Saat tiba Bushra yaitu daerah antara Syam dan Hijaz, seorang pendeta nasrani bernama Buhaira menemui Abu Thalib. Pendeta itu melihat keajaiban pada rombongan kafilah dagang Abu Thalib. Perhatiannya tertuju pada sosok pemuda yang tak lain adalah Muhammad. Setiap kali Muhammad melangkah, maka sekumpulan awan senantiasa menaunginya.
Sang pendeta pun segera menghampiri Muhammad. Buhaira memeriksa sekujur tubuh Muhammad untuk melihat tanda-tanda kenabian yang diterangkan dalam kitab-kitab suci terdahulu.
Buhaira juga berpesan kepada Abu Thalib agar ia berhati-hati terhadap rencana jahat orang Yahudi. Allah telah mentakdirkan nabi terakhir berasal dari bangsa Arab dan nabi itu adalah Muhammad. Sementara orang-orang Yahudi menginginkan agar status kenabian itu selamanya milik Bani Israel. Itulah sebabnya mereka akan selalu berusaha untuk membunuh Muhammad jika mereka mendapat kesempatan.
Prediksi Buhaira dari Kota Bushra itu menjadi kenyataan. Ketika menginjak usia 40 tahun, Muhammad memperoleh wahyu saat menyendiri di Gua Hira. Nabi Muhammad menjadi rasul penutup bagi umat manusia yang hidup di akhir zaman.
Buhaira telah membuktikannya sendiri tanda-tanda kenabian yang tercantum di dalam kitab suci agama samawi sangat cocok pada diri Muhammad, sehingga dia tidak lagi ragu untuk menasehati Abu Thalib agar betul-betul menjaga Muhammad.
Nasehat Buhaira ini betul-betul dipegang teguh oleh Abu Thalib. Terbukti jika Abu Thalib meskipun masih kafir adalah seorang pelindung Muhammad yang paling gigih. Wafatnya Abu Thalib membuat Rasulullah Saw. merasa kehilangan. Sehingga tahun di mana Abu Thalib wafat menjadi penyebab disebut sebagai tahun kesedihan.
Semakin terbuktilah kebenaran firman Allah Swt. yang berbunyi, "(Nabi Isa As. berkata): 'Dan (aku) memberikan kabar gembira dengan seorang rasul yang datang sesudahku yang bernama Ahmad (Muhammad)'." (QS. Ash Shaff: 6).
0 comments:
Post a Comment