Thursday, February 6, 2014

Ujian dan Cobaan Seorang Mualaf


Beberapa hari yang lalu saya mendapat email yang cukup panjang dari seseorang. Di dalam email itu dia bercerita tentang dirinya yang mualaf. Apa yang menjadi masalah adalah hubungan dirinya dengan orangtuanya. Betapa orangtuanya sangat memusuhi dan menghinanya habis-habisan akibat dari keislamannya. Padahal dulu orangtuanya sangat menyayanginya. Dulu Orangtuanya juga beragama Islam namun kemudian murtad. Dia meminta dorongan moril dan bertanya kepada saya berkaitan tentang hubungan dengan kedua orangtuanya. 

Maka saya jawab sebagai berikut: 

Bismillahirrahmanirrahiim. Alhamdulillahirabbil alamiin kita panjatkan kepada Allah yang telah memberikan kita taufik dan hidayah untuk memeluk Islam. Karena hanya umat Islam, yang bertauhid kepada Allah, yang akan memperoleh keselamatan akhirat. Sementara orang kafir sebanyak apapun amal kebaikan mereka akan tetap masuk neraka. Maka, beruntunglah orang yang telah bersyahadat dan celaka dan merugilah orang yang murtad. Semua ini adalah keyakinan yang pasti dan tidak ada lagi keraguan padanya. Sebagaimana firman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk." (QS. Al-Bayyinah 98:6)

Dari Abu Dzar r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa mengucapkan, ‘Laa ilaaha illallaah,’ kemudian meninggal, maka pasti masuk surga.”

Oleh karena itu, karena pentingnya syahadah ini, para Nabi dan orang-orang saleh dari zaman dulu hingga sekarang, di akhir hayatnya, selalu mewasiatkan anak-anaknya untuk berpegang teguh pada Islam hingga akhir hayat.

Ukhti yang dirahmati Allah, begitu besar ujian yang engkau terima. Yakinilah akan satu hal: Ujian seperti itu, selama engkau bersabar, tidak akan diberikan kecuali kepada orang yang Allah cintai. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw., "Sesungguhnya balasan yang besar ada dalam ujian yang berat. Jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia menguji mereka. Barangsiapa yang ridha dengan ujian itu, maka mereka akan mendapatkan keridhaan Allah. Barangsiapa yang murka atau tidak senang dengan ujian itu maka mereka akan mendapatkan murka-Nya." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah) 

Saya teringat dengan kisah-kisah yang hampir sama dengan kisah yang ukhti alami. Seperti kisah seorang sahabat Nabi bernama Mushab bin Umar. Dia mempunyai ibu yang sangat menyayanginya. Sang ibu memberinya banyak kemewahan. Kemudian Islam datang memutuskannya karena Mushab memutuskan memeluk Islam. Sang ibu marah bukan kepalang dan mengusirnya dari rumah berikut kemewahan yang ia sandang. 

Sang ibu yang dulu menyayanginya kini membencinya. Sang anak jatuh miskin. Dulu berpakaian mewah, kini berpakaian layaknya orang miskin. Meskipun demikian, Mushab tetap berpegang teguh pada Islam dan tak ada sedetikpun dia membenci sang ibu yang telah melahirkannya selama keburukan ibunya itu bukan berkaitan dengan agama. Dia tetap mendoakan sang ibu masuk Islam walaupun pada akhirnya sang ibu tetap pada keyakinannya. 

Apa yang telah ukhti lakukan sudah tepat. Demi menyelamatkan iman ukhti, ukhti menjauhi keluarga ukhti. Yang paling utama dari semua itu adalah bersabar dan mendoakan mereka. Percayalah, derajat ukhti lebih tinggi daripada derajat orangtua ukhti meskipun mereka menghina ukhti dengan hinaan yang merendahkan.

Saat ini ukhti sudah menikah dengan suami yang baik kepada ukhti. Tataplah ke depan mengarungi bahtera kehidupan ini. Jangan menatap kebelakang apalagi mundur. Tersenyumlah dan berbahagialah. Cintailah dan tetaplah bersama dengan orang-orang yang mencintai ukhti. 

Sedangkan mengenai keguguranmu, semoga Allah menggantinya dengan yang lebih baik. Sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan perkataan atau hinaan orang lain kepadamu. Semua itu adalah takdir Allah dan kita sedang memasuki takdir-Nya yang lain. Takdir yang baik, in syaa Allah.

0 comments:

Post a Comment