Monday, May 6, 2013
Fakta : Penganiayaan oleh Paus & Inkuisisi (1208-1834) terhadap umat Protestan
Sampai sekitar abad ke-12, sebagian besar penganiayaan terhadap orang-orangyang percaya kepada Kristus yang sejati datang dari dunia kafir, tetapi sekarang gereja di Roma membuang kebenaran Alkitab, perintah untuk mengasihi, dan mengambil pedang untuk melawan semua orang yang menentang doktrin dan tradisi palsu yang makin menjadi bagian darinya sejak zaman Konstantinus. Selama masa itu Gereja Roma menyimpangjauh dari kepercayaan ortodoks yang menyebabkan banyak orang menjadi martir. Gereja mulai menyingkirkan kekudusan, kesalehan, kerendahhatian, kemurahan, dan belas kasihan; mengambil tradisi dan doktrin yang secara material, fisik, serta sosial menguntungkan bagi para imam dan memberi mereka dominasi total dalam semua masalah gereja. Orang yang tidak setuju dengan mereka atau doktrin mereka dicap bidat yang harus dibawa masuk pada kesepakatan dengan Gereja Roma dengan kekuatan apa pun yang dibutuhkan; dan jika bidat itu tidak bertobat serta bersumpah setia kepada paus dan wakil gereja, mereka harus dihukum mati. Mereka membenarkan tindakan horor yang mereka lakukan dengan mengutip secara paksa ayat-ayat Perjanjian Lama dan dengan mengacu pada Augustinus, yang telah menafsirkan Lukas 14:23 sebagai ayat pendukung penggunaan kekuatan terhadap bidat. "Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk karena rumahku harus penuh. "
Selama beberapa abad Gereja Roma mengamuk di seluruh dunia seperti binatang buas yang kelaparan dan membunuh ribuan orang yang percaya kepada Kristus yang sejati, menyiksa, dan memotong tangan atau kaki ribuan orang lagi. Ini merupakan "Zaman Kegelapan" gereja. Kelompok Waldenses di Prancis merupakan korban pertama amukan penganiayaan Paus.
Sekitar tahun 1000 M, ketika cahaya Injil yang sejati hampir padam oleh kegelapan dan takhayul, beberapa orang yang melihat dengan jelas bahaya besar yang sedang mengancam gereja, mengambil keputusan untuk menunjukkan cahaya Injil dalam kemurniannya yang nyata dan untuk menghalau awan-awan yang ditimbulkan oleh imam-imam yang penuh tipu daya untuk membutakan orang-orang dan menyembunyikan terangnya yang sejati. Usaha ini dimulai dengan seorang yang bernama Berengarius, yang dengan berani memberitakan Injil yang kudus, sejelas yang ditunjukkan dalam Alkitab. Sepanjang bertahun-tahun berikutnya orang-orang lain membawa obor kebenaran dan membawa terang kepada ribuan orang sampai pada tahun 1140 M, ada begitu banyak orang percaya yang mengalami reformasi sehingga Paus merasa khawatir dan menulis kepada banyak pangeran bahwa mereka harus menyingkirkan orang-orang itu dari kerajaan mereka. Ia juga menyuruh banyak pejabatnya yang berpendidikan paling tinggi untuk menulis surat menentang mereka.
Kelompok Waldenses
Sekitar tahun 1173, Peter Waldo, atau Valdes, seorang pedagang Lyon yang kaya, yang terkenal karena kesalehan dan pengetahuannya, memberikan hartanya kepada orang-orang miskin dan menjadi pengkhotbah keliling. Ia adalah penentang yang kuat terhadap kemakmuran dan penindasan paus. Tak berapa lama sejumlah besar orang yang telah mengalami pembaruan di Prancis bergabung dengannya - mereka kemudian dikenal sebagai kelompok Waldenses. Pertama -tama, Waldo berusaha menyadarkan paus karena ia berpikir bahwa paus bisa memengaruhi gereja di Roma, tetapi ia justru dikucilkan karena dianggap bidat pada 1184.
Waldo dan para pengikutnya kemudian mengembangkan gereja yang terpisah dengan imamnya sendiri. Mereka mengkhotbahkan disiplin keagamaan dan kemurnian moral, berbicara keras menentang imam yang tidak pantas dan penyelewengan di gereja, dan menolak pengambilan nyawa manusia dalam kondisi apa pun. Namun, Gereja Roma tidak mengizinkan bidat semacam itu untuk diajarkan maka pemisahan dari Roma tidak bisa dicegah lagi. Jadi pada 1208 M, Paus mengesahkan perang terhadap ke1ompok Waldenses dan kelompok reformed lainnya, terutama Albigenses.
Pada tahun 1211, delapan puluh pengikut Waldo ditangkap di kota Strasbourg, diperiksa oleh penyidik yang ditunjuk oleh Paus dan dibakar di tiang. Tidak lama sesudahnya, sebagian besar ke1ompok Waldenses menarik diri ke lembah Alpine di Italia utara dan tinggal di sana. Waldo meninggal tahun 1218; masih mengkhotbahkan Injil Kristus yang sejati.
Penganiayaan Kelompok Albigenses
Ke1ompok Albigenses adalah orang-orang yang menganut ajaran dualistis, yang tinggal di Prancis bagian se1atan pada abad ke-12 dan ke-13. Mereka mendapatkan nama itu dari kota Prancis, Albi, yang merupakan pusat gerakan mereka. Mereka tinggal dengan peraturan etika yang ketat dan banyak tokoh menonjol di an tara anggota mereka, seperti The Count of Toulouse, The Count of Foix, The Count of Beziers, dan yang lain yang memiliki pendidikan serta tingkat yang setara. Untuk menekan mereka, Roma pertama-tama mengirim biarawan Cistercian dan Dominikan ke wilayah mereka untuk meneguhkan kembali ajaran paus, tetapi tidak berguna karena ke1ompok Albigenses tetap setia dengan doktrin reformed.
Bahkan ancaman Konsili Lateran yang kedua, ketiga, dan keempat (1139,1179, 1215) - yang memutuskan pemenjaraan dan penyitaan harta benda sebagai hukuman atas bidat dan untuk mengucilkan para pangeran yang gagal menghukum penganut bidat - tidak menyebabkan ke1ompok Albigenses kembali ke pangkuan Roma. Dalam Konsili Lateran III, pada 1179, mereka dikutuk sebagai bidat oleh perintah Paus Alexander III. Ini adalah paus yang sama yang mengucilkan Frederick I, Kaisar Romawi yang Kudus, RajaJerman dan Italia, pada 1165. Kaisar se1anjutnya gagal menaklukkan otoritas paus di Italia dan dengan demikian mengakui supremasi paus pada tahun 1177.
Pada tahun 1209, Paus Innocentius III menggunakan pembunuhan biarawan di wilayah Pangeran Raymond dari Toulouse sebagai pembenaran untuk memulai pengobaran penganiayaan terhadap pangeran dan ke1ompok Albigenses.. Pada Konsili Lateran IV, tahun 1215, kutukan terhadap ke1ompok ini disertai dengan tindakan keras. Untuk melaksanakannya, ia mengirim agen di seluruh Eropa untuk membangkitkan pasukan untuk bertindak bersama-sama melawan Albigenses dan menjanjikan surga kepada semua yang mau bergabung serta berperang se1ama 40 hari dalam hal yang ia sebut Perang Kudus.
Selama perang yang paling tidak kudus ini, yang berlangsung antara 1209 sampai 1229, Pangeran Raymond membela kota Toulouse serta tempat-tempat lainnya di wilayahnya dengan keberanian yang besar dan kesuksesan melawan tentara Simon de Montfort, Panger an Monfort dan bangsawan Gereja Roma yang fanatik. Ketika pasukan paus tidak mampu mengalahkan Pangeran Raymond seeara terbuka, raja dan ratu Praneis serta tiga Uskup Agung mengerahkan tentara yang lebih besar, dan dengan kekuatan militer mereka, mereka membujuk pangeran itu untuk datang ke konferensi perdamaian serta menjanjikan jaminan keamanan kepadanya. Namun ketika ia tiba, secara ia ditangkap, dan dipenjara, dan dipaksa untuk muncul dengan kepala telanjang dan kaki telanjang di depan musuh-musuhnya untuk menghinanya, dan dengan berbagai siksaan yang dilakukan untuk menangkal sikap oposisinya terhadap doktrin Paus.
Pada awal penganiayaan tahun 1209, Simon de Montfort membantai penduduk Beziers. Ini merupakan contoh kecil kekejaman yang ditimbulkan tentara paus terhadap Albigenses selama 20 tahun. Selama pembantaian itu, seorang prajurit bertanya bagaimana ia bisa membedakan antara orang Kristen dengan bidat. Pemimpinnya dikatakan menjawab, "Bunuh mereka semua. Allah tahu siapa milik-Nya."
Setelah penangkapan Pangeran Raymond, Paus menyatakan bahwa kaum awam tidak diperbolehkan untuk membaca Kitab Suci dan selama sisa abad ke-13 berikutnya, kelompok Albigenses bersama dengan Waldenses dan kelompok reformed lainnya, merupakan target utama Inkuisisi di seluruh Eropa.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment