Pedih dan sedih silih berganti kunjung mengunjungi. Pupus segala harap, melukai semua impian yang kadang memabukkan.
Hingga, jiwa yang rapuh menciptakan serpihan kegelisahan yang memilukan.
Saat temaram rembulan menyuguhkan keindahan, terlintas sekelebat bayang.
Disibaknya kegelapan, namun entah di mana ia berada. Kecewa, hingga guratan keresahan menyibukkan kelamnya malam.
Kebisuan yang menusuk membuat kedukaan semakin berat, hingga menghujam akal dan aqidah. Air mata
semakin deras tumpah, lelah, tubuh pun mencoba rebah.
Namun jiwa ini lemah, mata air di telaga yang coba dibendungnya kembali menerobos kelopak mata, hingga membasuh lesungmu.
Entah berapa banyak pahlawan yang tercipta karenanya, namun cinta juga kadang melahirkan para pecundang.
Ia laksana kobaran api yang berasal dari setitik bara, menerangi, namun dapat pula membakar.
Impian cinta membuat hati dan raga terselimuti bahagia, memompa harapan yang keluar masuk melalui butiran darah.
Mengharapkan sang pencinta yang siap mendampingi saat tawa dan air mata, hingga terbentang siluet istimewanya seorang wanita yang telah menikah, mengandung, dan melahirkan si kecil dengan selimut kasih sayang.
Namun, impian berbeda dengan kenyataan.Sepi semakin menggerogoti hari, sendiri … dan masih sendiri.
Duhai belahan hati, entah di mana engkau bersembunyi...?
Ukhti shalehah yang dicintai Allah Ta'ala, …cinta dan impian membentuk sebuah keluarga memang begitu indah.
Namun takkala ia belum menyapa, janganlah membuat gundah dan resah, bahkan merubah pandangan terhadap Sang Pemilik Cinta.
Kegelisahan jangan pula membuatmu menggadaikan aqidah, karena sungguh aqidah itu tak ternilai harganya.
Tak ada yang dapat membelinya, apalagi dengan basa-basi cinta yang menyelubungi halleluyah. Cinta yang membara tak akan dapat menghapus ketentuan Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
“Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu'min) sebelum mereka beriman …” [Al Baqarah: 221].
Namun, ajaran junjungan Rasulullah Sallallaahu Alayhi Wasallam akan pupus, tidak dengan senjata tapi dengan kata-kata, tidak dengan kekuatan tapi dengan logika, dan tidak dalam benci tapi dalam cinta.
(Henry Martyn, missionaris, 1812 M).
Cinta akan membentuk sebuah keluarga samara (sakinah-mawaddah-wa rahmah), karena kesamaan iman dan aqidah dalam naungan ridha Allah Subhanahu wa Ta'’ala.
Jangan biarkan sedikitpun celah hatimu terbuka dengan cinta berselaput halleluyah, karena cinta seperti itu akan meranggas aqidah.
Pernikahan dengan keyakinan yang berbeda, tak akan melahirkan ketenteraman jiwa, karena ia adalah zina.
Dapatkah engkau menjawab saat anakmu bertanya, mengapa ayah selalu pergi setiap hari Minggu, sedangkan dirimu ruku ’dan sujud ?
Bisakah engkau menjelaskan saat anak laki- lakimu bertanya, mengapa ayah tidak pergi shalat Jum'’at padahal dirimu berbicara panjang lebar tentang kewajiban menunaikannya ?
Atau, mengapa ayah tidak mengucapkan bissmillah tapi atas nama Bapa, Putera dan Roh Kudus ?
Juga, mengapa Tuhan ayah ada 3, sedangkan dirimu selalu mengucapkan ahad…ahad…ahad ?
Mampukah engkau menjelaskan semua itu dan banyak lagi kepada buah hatimu ?
Duhai ukhti, sanggupkah engkau menahan murka Allah Subhanahu Wa Ta'’ala, saat jiwamu lelah bertanya di manakah gerangan kakanda berada ?
Kembalilah kepada Sang Pemilik Rahasia, lantunkan munajat dan do'’a, mohon tetapkan iman untuk selalu terhatur kepadaNya.
Jadikan hati ini selalu ikhlas serta rela atas setiap keputusanNya.Ya Allah, aku mohon kerelaan atas setiap keputusanMu, kesejukan setelah kematian, dan kelezatan memandang wajahMu serta kerinduan berjumpa denganMu.
Mohonkan juga kepadaNya, agar Ia menguatkan niat kepada lelaki yang belum menikah untuk segera menyempurnakan setengah agama, sehingga dirimu serta pasangan jiwa tercinta dapat bersama membangun sebuah istana kecil nan indah dalam naungan ridhaNya.
Sabar… dan bertahanlah...!
Kalaulah Allah Subhanahu Wa Ta'’ala mentakdirkan dirimu sebagai lajang di dunia ini, yakinlah di surga ada yang setia menanti. Kuatkan hati, tegar… dan selalu tegar, karena dirimu memiliki harta yang tak ternilai harganya, yaitu aqidah.
Wallahua'’lam Bi Shawab
Semoga Bermanfaat
Published with Blogger-droid v2.0.10
0 comments:
Post a Comment